jpnn.com, JAKARTA - Budayawan sekaligus praktisi seni Jose Rizal Manua mengapresiasi Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang diinisiasi pada 2014.
Menurutnya gerakan ini menjadi gerakan kebangsaan yang mampu melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
BACA JUGA: Lewat Event 5K Fun Run, Kemkomdigi Bangun Kolaborasi Lintas Sektor dalam Berantas Judol
Sejak dicanangkan, GNRM dinilai menunjukkan hasil khususnya melalui lima gerakan utamanya yaitu Indonesia Melayani, Bersih, Tertib, Bersatu, dan Mandiri.
Pembentukan 514 Gugus Tugas GNRM di kabupaten/kota pun menunjukkan soliditas jejaring GNRM.
BACA JUGA: Jasindo Travel Insurance, Beri Perlindungan Ekstra untuk Masyarakat
Aksi-aksi nyata juga tumbuh dan tersebar di 34 provinsi, yang menjadi bukti bagaiman partisipasi aktif pemerintah daerah dan masyarakat terbentuk.
Namun, tantangan yang dihadapi tidaklah ringan. Di era digital misalnya di mana media sosial menjadi pedang bermata dua.
BACA JUGA: PNM & JAMKRINDO Gelar Pelatihan Kewirausahaan Membatik untuk Perempuan Disabilitas
Satu sisi mampu mempercepat arus informasi, namun di sisi lain bisa menjadi medium penyebaran hoaks, radikalisme, dan polarisasi masyarakat.
Selama 2023, Kementerian Komunikasi dan Informatika yang saat ini telah berganti menjadi Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) tercatat menangani sebanyak 1.615 konten isu hoaks yang beredar di website dan platform digital.
Total sejak Agustus 2018 hingga Januari 2024, sudah 12.547 konten isu hoaks diturunkan oleh Kemkomdigi.
Berdasarkan kategori, isu hoaks paling banyak berkaitan dengan sektor kesehatan.
Kemkomdigi menemukan sebanyak 2.357 isu hoaks dalam kategori kesehatan.
Sementara isu hoaks yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan penipuan juga tercatat paling banyak ditemukan pada urutan kedua, yaitu masing-masing 2.210 isu pemerintahan dan penipuan.
Belum lagi konten-konten yang terkait radikalisme atau ujaran kebencian yang tidak sedikit mampu memantik reaksi masyarakat untuk saling benci.
Tercatat sepanjang 2024, Kemkomdigi Bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memblokir sebanyak 180.954 konten bermuatan intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme di ruang siber.
Sebagian besar konten tersebut merupakan propaganda dari jaringan teroris seperti ISIS, HTI, dan JAD yang secara aktif menyebarkan ideologi kekerasan melalui platform digital.
Angka-angka tersebut menurut Jose menunjukkan mental-mental masyarakat yang masih rentan terpengaruh untuk kemudian melakukan tindakan negatif.
"Maka tidak ada kata lain, mental diri sebagai anak bangsa yang walau berbeda tapi tetap satu dalam bingkai Negara Kesatuan RI (NKRI) harus kembali diperkuat, bahkan sejak dini," serunya.
Melihat tantangan yang ada, transformasi GNRM menjadi program Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa menjadi langkah strategis yang sejalan dengan visi Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2024-2029.
Program ini mengintegrasikan delapan pilar utama: Pancasila, Bahasa Indonesia, Sistem Pendidikan Nasional Berkarakter, Kearifan Lokal, Sejarah Bangsa, Wawasan Kebangsaan, Sistem Sosial Budaya, dan Pembangunan Ekonomi Berkeadilan.
Penguatan karakter dan jati diri bangsa adalah investasi jangka panjang untuk memastikan Indonesia tetap kokoh di tengah arus globalisasi.
Dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat, memperkuat kesenian dan bahasa, serta menjalankan transformasi GNRM, Indonesia dapat mencetak SDM unggul yang tidak hanya kompeten secara global tetapi juga berakar kuat pada nilai-nilai kebangsaan.
“Seni dan budaya adalah benteng terdekat untuk menjaga jati diri bangsa dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kita,” kata Rizal.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Optimalkan Pemanfaatan Kecerdasan Buatan, Komdigi Perkuat Sinergi dengan Kampus
Redaktur & Reporter : Yessy Artada