jpnn.com - JAKARTA - Implementasi kurikulum 2013 yang tergesa-gesa mulai memunculkan berbagai persoalan sejak dijalankan 15 Juli 2013 kemarin. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mencatat sejumlah kelemahan, salah satunya soal transformasi ilmu pada kepala sekolah dan guru inti.
Juru Bicara PGRI, Basharuddin saat dihubungi jpnn.com, Jumat (26/7) mengungkapkan, pelatihan guru inti yang dilakukan pemerintah tidak optimal sehingga kepala sekolah dan guru sasaran juga tidak maksimal dalam melakukan transformasi ilmu kepada siswa, terutama di kelas X SMA.
BACA JUGA: 4 Siswa SMA Raih Medali Olimpiade Kimia Internasional
Menurutnya pelatihan yang sudah dilakukan pemerintah terkesan sekedar jalan. Sebagai contoh, saat ini yang sudah siap hanya tiga mata pelajaran, yakni Matematika, Bahasa Indonesia dan Sejarah. Sedangkan Kepsek yang ikut pelatihan berasal dari berbagai jurusan, ada guru BP, olahraga, ekonomi.
"Mereka ini yang dipaksa ikut salah satu kelompok dari tiga mapel tersebut. Jelas hasilnya tidak optimal. Bagaimana Kepsek yang kurang optimal menyampaikan ke guru-gurunya, pasti semakin tidak optimal," kata Basharuddin yang juga Kepala Sekolah itu.
BACA JUGA: 4 Siswa SMA Raih Medali Olimpiade Kimia di Rusia
Kondisi ini diperparah dengan belum dilatihnya guru-guru di luar tiga mapel tersebut. Sementara mereka sudah harus mengadopsi konsep kurikulum 2013.
Selain itu penyusunan silabus juga diserahkan ke sekolah masing-masing. Hal ini berbeda dengan pernyataan Mendikbud M Nuh yang menyatakan silabus telah disiapkan.
BACA JUGA: Tolak Ketentuan 2015 Semua Guru Harus Sarjana
Ditegaskannya bahwa kemampuan guru di setiap sekolah sangat variatif. Pendekatan pembelajaran saintifik tidak gampang diterapkan guru-guru yang jarang atau bahkan tidak pernah mendapat pelatihan.
"Mengubah paradigma dan perilaku guru tidak mudah dan butuh waktu," ujar pengurus PB PGRI bidang komunikasi yang baru ini. (fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 2015 Belum Sarjana, Guru Dijadikan Tenaga Administrasi
Redaktur : Tim Redaksi