jpnn.com, KOTA BOGOR - Era Revolusi Industri 4.0 membuat akses informasi di dunia digital makin cepat. Kebutuhan akan data yang presisi dan komprehensif menjadi sebuah kepastian.
Maka dari itu, diperlukan SDM yang adaptif terhadap perubahan-perubahan tersebut. Di sinilah peran perpustakaan amat penting sebagai sumber rujukan pengetahuan, sekaligus menjadi institusi yang memiliki andil dalam upaya peningkatan kapasitas dan kompetensi masyarakat.
BACA JUGA: Maling Motor Dikepung Warga di Tengah Sawah, Hancur, Rasain
Hal itu disampaikan Kepala Badan PPSDMP Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi ketika membuka acara Bimtek bertajuk 'Literasi dan Pengelolaan Informasi Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian' di Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Dedi memaparkan bahwa dalam birokrasi Indonesia, perpustakaan tumbuh membentuk institusi yang sangat hierarkis, dengan aparaturnya yang dibedakan atas fungsional dan struktural.
BACA JUGA: Penguasaan Kompetensi Jurnalistik Dongkrak Kualitas Penyuluh Pertanian
Perpustakaan menjadi sumber informasi dan pengetahuan. Keberadaannya tidak hanya mengumpulkan pengetahuan, namun lebih dari itu pengetahuan disebarluaskan melalui perpustakaan dan dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat.
"Perpustakaan dituntut untuk mendukung literasi informasi masyarakat dalam aktivitas rutinnya. Bukan lagi sekadar pelayanan bahan bacaan yang diubutuhkan pemustaka semata," kata Dedi.
Dia mengatakan untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat literasi diperlukan adanya peningkatan kualitas baik pustakawan sebagai pengelola perpustakaan, maupun perpustakaan yang menyediakan informasi yang mudah diakses secara virtual dimana pun berada.
"Perpustakaan harus bisa bertransformasi sehingga memiliki peran signifikan dalam meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mengubah kualitas hidupnya menjadi lebih baik menuju kesejahteraan," ungkap dia.
Dedi menambahkan bahwa informasi yang dikelola perpustakaan dapat digunakan penyuluh sebagai bahan literasi informasi dalam menyusun materi teknologi pertanian untuk petani, khususnya di lokasi IPDMIP.
Melalui Literasi informasi, dia berharap dapat memperkaya informasi bagi stakeholder, pengelola, maupun pelaksana IPDMIP dalam penerapan pertanian beririgasi dan peningkatan IP.
"Sehingga desiminasi informasi kepada masyarakat umum khususnya petani akan lebih cepat dan valid serta mendukung pembangunan pertanian di Indonesia," tegasnya.
Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus, Perpustakaan Nasional Upriyadi memaparkan bahwa lembaganya dihadapkan pada tantangan yang kompleks di era teknologi yang sedemikian pesat.
Perpustakaan harus mengambil peran sebagai penyedia informasi yang dibutuhkan publik yang dilayaninya. Perpustakaan harus dapat memilah serapan teknologi yang membanjir, dan dapat memahami keberadaan teknologi yang kemudian menyediakannya sebagai layanan perpustakaan.
"Perpustakaan mempunyai andil yang besar dalam literasi dan penyediaan informasi, baik cetak maupun online untuk menciptakan masyarakat yang mempunyai kemampuan literasi lebih tinggi sehingga mendorong perubahan kualitas hidupnya menjadi lebih baik," beber dia.
Literasi Perpustakaan (Library Literacy) bisa mengoptimalkan informasi yang ada. Karena keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi belum optimal dikembangkan di Indonesia.
"Di era pandemi Covid-19, perpustakaan menyesuaikan diri, bukan lagi hanya sebagai tumpukan buku berdebu dan hanya sebagai institusi dan gedung. Perpustakaan kini harus bertransformasi berbasis inklusi sosial agar masyarakat dapat memperoleh akses pengetahuan, baik secara onsite maupun secara online melalui layanan informasi digital sehingga dapat memberdayakan masyarakat dengan pendekatan tekologi informasi," kata Upriyadi.
Adapun peserta bimtek ini terdiri dari fungsional pustakawan atau pengelola perpustakaan Lingkup Eselon 1 dan UPT BPPSDMP serta fungsional penyuluh pertanian Pusat dan Dinas Pertanian Kabupaten di lokasi IPDMIP. (rhs/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti