jpnn.com, JAKARTA - PT PLN (Persero) mencetak kinerja terbaiknya sepanjang sejarah di tengah masa pandemi.
Pencapaian tersebut diraih berkat efisiensi dan inovasi di berbagai lini bisnis melalui program transformasi yang sejalan dengan gerakan transformasi BUMN sejak April 2020.
BACA JUGA: Sambut Investor Baru, PLN Perkuat Keandalan Listrik di KEK Sei Mangkei
Di tengah pandemi, PLN juga berhasil menjaga keadilan tarif bagi masyarakat kurang mampu, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta Industri.
“PLN menjalankan transformasi yang membuat perusahaan makin sehat, bisa bergerak lebih lincah dalam menjalankan mandat negara untuk memberikan pelayanan kelistrikan kepada pelanggan dan mampu merespons secara lebih trengginas berbagai peluang bisnis. Dampaknya sangat positif terhadap kinerja perseroan,” ujar Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo.
BACA JUGA: Hotman Paris: Target Utama Harus Kena, Mulai Sekarang Jaga Mulutmu!
Darmawan menambahkan, transformasi berhasil meningkatkan penjualan tenaga listrik 2021 sebesar 5,08 persen dibandingkan tahun sebelumnya meski Indonesia terdampak pandemi, yang mengakibatkan ekonomi melambat.
Pertumbuhan listrik yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sebesar 3,69 persen menjadi bukti keberhasilan inovasi dan efisiensi, sehingga penjualan listrik meningkat sebesar Rp 13,96 triliun menjadi Rp 288,86 triliun.
BACA JUGA: PLN Perkuat Jaringan Listrik di Kalimantan Dengan Sistem Looping
“Ini menunjukkan PLN sebagai jantungnya Indonesia benar-benar semakin sehat. Ekonomi tumbuh, dan listrik mampu tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi makin berkualitas, dan PLN siap menopang kebutuhan listriknya,” jelas Darmawan.
Sejak diluncurkannya transformasi, PLN melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi penjualan.
Di antaranya dengan meluncurkan program sambung baru, promo tambah daya bagi pelanggan, akuisisi captive power, menawarkan industri untuk beralih ke listrik andal dan tanpa kedip yang lebih efisien, mengembangkan ekosistem kendaraan listrik, menyediakan penjualan energi bersih melalui Renewable Energy Certificate (REC), sampai dengan program electrifying agriculture and marine yang meningkatkan produktivitas petani dan nelayan.
Jumlah pelanggan bertambah dari 79,0 juta pada 2020, menjadi 82,5 juta pelanggan pada 2021. Hal tersebut juga sejalan dengan bertambahnya daya tersambung pelanggan dari 143.159 Mega Volt Ampere (MVA) pada 2020, menjadi 151.985 MVA pada tahun 2021.
Sepanjang 2021, PLN berhasil melistriki 491 desa terpencil yang sebelumnya belum berlistrik.
Hal ini meningkatkan rasio elektrifikasi dari sebelumnya 99,2 persen pada 2020 menjadi 99,4 persen pada 2021.
PLN juga telah menghadirkan aplikasi PLN Mobile yang mengonsolidasikan seluruh proses bisnis layanan pelanggan. Sepanjang 2021, terdapat penambahan 14,5 juta pengguna aplikasi PLN Mobile, dari sebelumnya 1,7 juta pengguna pada 2020 menjadi 16,3 juta pengguna pada akhir 2021.
Bahkan hingga April 2022, jumlah pengguna aplikasi tersebut telah mencapai 22 juta pengguna. Aplikasi tersebut pun kini memiliki rating 4,8 dari skala 5.
Hal ini menjadi bukti keberhasilan aplikasi PLN Mobile sebagai bagian dari transformasi layanan PLN.
Langkah tersebut juga diikuti dengan pengendalian Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik melalui efisiensi biaya operasi, manajemen pinjaman yang proaktif, konsolidasi proses bisnis dan perbaikan layanan pelanggan, serta digitalisasi proses bisnis dimulai dari hulu ke hilir antara lain digitalisasi pembangkit, transmisi dan distribusi serta pengadaan berbasis digital.
“Dengan langkah-langkah tersebut, BPP listrik berhasil diturunkan sebesar Rp15/kWh, dari Rp1.348/kWh pada tahun 2020 menjadi Rp1.333/kWh pada tahun 2021,” papar Darmawan.
Darmawan menegaskan, seluruh upaya di sisi operasi tidak akan berhasil jika pengendalian di sisi keuangan tidak dilakukan.
PLN telah membangun sistem Cash War Room, Spend Control Tower dan optimalisasi manajemen investasi serta menjalankan langkah cost avoidance dan cost reduction yang terukur dan termonitor secara ketat.
PLN juga berhasil mempercepat pelunasan pinjaman sebesar Rp 52,48 triliun dalam dua tahun terakhir sehingga menurunkan outstanding pinjaman secara signifikan.
“Langkah-langkah yang kami lakukan tersebut mampu mengurangi tekanan keuangan Perseroan di 2021 sehingga beban keuangan turun Rp 7,04 triliun atau 25,7 persen dibandingkan 2020,” terang Dirut PLN.
Berkat transformasi yang dijalankan tersebut, PLN membukukan EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) tahun 2021 Rp 89,17 triliun naik 2,9 persen dari EBITDA tahun 2020 Rp 86,69 triliun.
Kenaikan EBITDA sejalan dengan kenaikan laba, di mana pada tahun 2021 perseroan berhasil membukukan laba bersih Rp 13,17 triliun (audited), lebih tinggi dibanding laba bersih 2020 sebesar Rp 5,99 triliun.
Pada 2022 ini, PLN akan mengalami tantangan lebih terutama terkait naiknya harga bahan bakar, biaya bunga dan volatilitas kurs serta kondisi over supply.
Dalam dua tahun terakhir PLN telah berhasil mengupayakan rescheduling masuknya IPP, yang semula 2021 menjadi 2022.
Tentu saja hal ini menimbulkan tekanan arus kas pembayaran IPP akibat adanya Take Or Pay (TOP).
Informasi keuangan berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasi PLN Tahun 2021, yang telah diaudit dan diterbitkan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (Pwc Indonesia) dengan opini tanpa modifikasian, menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material.
Kemudian posisi keuangan konsolidasian dan entitas anak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 4 Cara Menikmati Hubungan Seksual Tanpa Rasa Khawatir Saat Menopause
Redaktur : Yessy Artada
Reporter : Yessy Artada, Yessy Artada