jpnn.com - Generasi Z dan milenial telah menjadi kekuatan yang semakin dominan dalam partisipasi politik, memainkan peran yang signifikan dalam mengubah lanskap demokrasi melalui keterlibatan mereka dalam partai politik.
Partisipasi politik mereka di dalam partai-partai memperlihatkan evolusi cara mereka berkontribusi dalam proses demokratisasi.
BACA JUGA: Babak Pertama: Borneo FC Vs PSIS 1-0, Arema FC Vs Persis 2-1
Generasi Z dan milenial, yang terbiasa dengan teknologi dan memiliki kesadaran sosial yang tinggi, menunjukkan ketertarikan yang meningkat dalam keterlibatan politik, terutama melalui partai-partai politik.
Mereka memanfaatkan alat-alat digital, seperti media sosial, sebagai platform untuk menyuarakan pandangan politik mereka dan memobilisasi massa.
BACA JUGA: Kaesang Safari Politik di Sulsel, Ada Agenda Kopdar PSI, Temu Tokoh sampai Mabar ML
Manuel Castells, dalam tulisannya Networks of Outrage and Hope: Social Movements in the Internet Age menyoroti pentingnya media sosial sebagai alat bagi generasi muda untuk menyampaikan aspirasi politik mereka dan memengaruhi opini publik.
Generasi ini memanfaatkan kekuatan teknologi untuk memperluas cakupan pesan politik mereka. Melalui teknologi, generasi ini membentuk komunitas daring yang memiliki visi politik yang sejalan.
BACA JUGA: Stunting, Ekofeminisme, dan Saran untuk Kaesang PSI
Dengan media sosial, generasi Z dan milenial dapat memanfaatkan media sosial untuk membagikan informasi politik, menggalang dukungan, dan merangsang diskusi politik yang konstruktif.
Banyak faktor yang mendorong partisipasi politik mereka melalui partai politik, di antaranya adalah keinginan untuk memengaruhi perubahan yang mereka inginkan dalam masyarakat, perhatian terhadap isu-isu lingkungan, kesetaraan gender, serta masalah-masalah sosial lainnya.
Keinginan untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan inklusif itulah menjadi dorongan utama anak muda untuk terlibat dalam partai-partai politik.
Partai politik merupakan wadah bagi generasi Z dan milenial untuk mengekspresikan pandangan politik mereka secara konkret. Mereka memanfaatkan struktur partai sebagai platform untuk menyuarakan aspirasi mereka dan memperjuangkan isu-isu yang mereka anggap penting.
Partisipasi generasi Z dan milenial dalam partai-partai politik juga mengindikasikan perubahan dalam politik konvensional. Mereka membawa gagasan baru, energi, dan perspektif yang segar ke dalam partai-partai yang sudah mapan.
Revitalisasi politik melalui partisipasi generasi muda sangat penting untuk mencegah stagnasi dalam proses demokratisasi.
Partisipasi generasi Z dan milenial dalam partai politik tidak hanya membawa perubahan dalam agenda politik, tetapi juga mendorong inovasi dalam pendekatan politik.
Mereka membawa perubahan dalam cara kampanye politik dilakukan, mendorong transparansi, dan menekankan pada isu-isu yang lebih relevan bagi masa depan.
Partisipasi generasi Z dan milenial dalam partai politik tidak hanya mencerminkan dorongan politik yang baru, tetapi juga merupakan gejala dari aspirasi untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan adil.
Generasi muda sangat mungkin untuk mengubah pola pikir politik yang ada dan mendorong perubahan positif dalam sistem demokrasi. Generasi Z dan milenial telah menunjukkan minat yang meningkat dalam partisipasi politik melalui Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang diwakili oleh tokoh seperti Kaesang Pangarep.
Mereka membawa konsep-konsep baru dalam politik, termasuk prinsip politik tanpa mahar, sambil mencari akomodasi dalam sistem demokrasi yang ada.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menampilkan diri sebagai wadah yang menarik bagi generasi muda untuk terlibat dalam politik. Kaesang Pangarep, salah satu figur penting di PSI, memperjuangkan prinsip politik tanpa mahar.
Ini menggarisbawahi pentingnya partisipasi politik yang tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau uang, tetapi oleh aspirasi membangun masyarakat yang lebih baik.
Konsep participatory governance, seperti yang dijelaskan oleh beberapa ahli, termasuk Archon Fung, menyoroti pentingnya keterlibatan aktif dari semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan politik.
Keterlibatan generasi Z dan milenial, seperti yang terlihat melalui partisipasi mereka dalam PSI, adalah contoh bagaimana partai politik bisa menjadi platform bagi partisipasi aktif masyarakat dalam demokrasi.
Prinsip politik tanpa mahar yang diusung oleh Kaesang Pangarep mencerminkan aspirasi untuk mengubah cara politik dilakukan.
Prinsip ini menegaskan bahwa partisipasi politik harus didorong oleh kesadaran akan tanggung jawab sosial dan aspirasi membangun masyarakat yang lebih adil.
Generasi Z dan milenial, melalui partisipasi mereka dalam PSI, berupaya mengakomodasi aspirasi politik mereka dalam sistem demokrasi yang sudah mapan.
Mereka berusaha untuk memperjuangkan isu-isu yang relevan bagi masa depan sambil memanfaatkan struktur politik yang ada. Ini mencerminkan konsep adaptasi dan reformasi politik dalam sistem demokrasi.
Di lain sisi, generasi Z dan milenial juga cenderung menggunakan teknologi sebagai alat untuk memperluas partisipasi politik mereka.
Mereka memanfaatkan media sosial dan platform daring untuk menyebarkan pesan politik, mengajak partisipasi, dan berdiskusi tentang isu-isu yang relevan.
Partisipasi generasi Z dan milenial dalam PSI, yang diinspirasi oleh prinsip politik tanpa mahar, membawa harapan akan transformasi politik yang lebih transparan, inklusif, dan bertanggung jawab.
Mereka tidak hanya mencari tempat dalam sistem politik yang ada tetapi juga berupaya untuk meredefinisi dan memperbaiki proses politik itu sendiri.
Partisipasi generasi Z dan milenial dalam partai politik seperti PSI, terutama dengan prinsip politik tanpa mahar yang diusung, menandai sebuah perubahan paradigma dalam politik Indonesia.
Dengan memanfaatkan teknologi, prinsip moral, dan aspirasi membangun masyarakat yang lebih baik, mereka mencoba menciptakan ruang politik yang lebih inklusif dan berdaya.
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif