Transisi Energi, Industri Melirik Biomassa

Senin, 04 Desember 2023 – 15:00 WIB
Diskusi panel bertajuk 'Powering the Future with Renewable Energy Solutions' pada konferensi perubahan iklim COP28 UNFCCC di Paviliun Indonesia, Dubai, Minggu (3/12). Foto dok. APP

jpnn.com, JAKARTA - Industri hilir di Indonesia berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca. Salah satunya menggunakan biomassa untuk menggantikan batubara dalam transisi energi bersih 

Chief Sustainability Officer APP Group Elim Sritaba menjelaskan pihaknya telah menargetkan untuk mengurangi emisi karbon hingga 30 persen yang akan dicapai pada 2030 mendatang, bahkan tahun 2060 atau lebih cepat APP menargetkan bisa mencapai Net Zero Emissions.

BACA JUGA: RDP dengan Komisi VII DPR RI, MIND ID Ungkap Strategi Transisi Energi

"Sesuai dengan dokumen Sustainability Roadmap Vision (SRV), kami melakukan langkah-langkah untuk dekarbonisasi hingga bisa mengurangi 30 persen emisi karbon pada tahun 2030," kata dia saat diskusi panel bertajuk 'Powering the Future with Renewable Energy Solutions' pada konferensi perubahan iklim COP28 UNFCCC di Paviliun Indonesia, Dubai, Minggu (3/12).

Dia menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan diantaranya adalah melakukan efisiensi energi dan menghitung peluang jangka panjang dalam menggantikan batubara sebagai sumber energi di pabrik ke energi baru terbarukan (EBT) yang tepat sasaran salah satunya biomassa.

BACA JUGA: Komitmen Transisi Energi untuk Selamatkan Bumi

Elim menjelaskan salah satu pabrik pulp dan kertas APP yaitu PT OKI Pulp sudah berhasil memanfaatkan EBT hingga 99 persen dari kebutuhan energinya dengan memanfaatkan kulit kayu dan cairan black liquor yang berasal dari proses produksi pulp.

Elim mengungkapkan tantangan terbesar dalam transisi energi yang dilakukan APP adalah pabrik-pabrik yang dibangun sebelum tahun 1990 tidak bisa beralih menggunakan biomassa dengan mudah karena alasan teknis. 

BACA JUGA: Koalisi CSO: Rencana Investasi JETP Masih Setengah Hati Berpihak pada Transisi Energi Hijau

"Dalam kondisi ini kami mengoptimalkan efisiensi energi," ujarnya.

Selain di pabrik, APP, kata Elim juga mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya untuk memasok kebutuhan listrik di kantor. Saat ini kapasitas terpasang PLTS  sebesar 18 MW dan ditargetkan akan mencapai 30 MW. 

"Teknologi yang menunjang pemakaian energi terbarukan diharapkan bisa maju seperti pembangkit tenaga surya yang berkembang pada akhirnya menjadi biaya yg lebih murah secara operasional," tuturnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia Indroyono Soesilo mengatakan biomassa kayu sangat potensial untuk mendukung program transisi energi nasional. Kita memiliki spesies kayu energi seperti gamal dan kaliandra dengan kadar kalor lebih dari 4.500 untuk substitusi batubara.

Indroyono menjelaskan pengembangan biomassa kayu sebagai sumber energi bisa dilakukan dengan model bisnis multi usaha kehutanan di areal Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH). 

"Konsesi PBPH berbasis multiusaha kehutanan ini  bisa mendukung penyediaan biomassa kayu," ujarnya.

Indroyono menambahkan dalam waktu dekat akan diterbitkan Permen ESDM  yang mengatur pemanfaatan biomass untuk campuran  bahan bakar  pada PLTU.  Melalui Permen ESDM ini, lanjutnya, diharapkan dapat diperoleh harga biomass yang menarik, sehingga dapat mendorong pembangunan hutan tanaman energi sebagai sumber bahan baku biomass yang berkelanjutan.

Ketua Steering Committee Green Economy Kaukus DPR yang juga anggota Dewan Energi Nasional Satya Widya Yudha mengapresiasi langkah industri yang melakukan transisi energi.

 Dia mengingatkan upaya dekarbonisasi dengan transisi energi untuk mencapai net zero emission tidak bisa dilakukan satu pihak sendirian melainkan harus melibatkan semua pihak, termasuk korporasi. (esy/jpnn)


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler