JAKARTA -- Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Nur Hidayat Sardini mengaku sangat prihatin dengan terjadinya aksi kekerasan di pilkada Kota Sibolga, SumutPara anggota Panwaslu/kada Kota Sibolga dan jajarannya termasuk yang menjadi sasaran aksi kekerasan
BACA JUGA: Kubu Anas Tak Risau Soal Politk Uang
Salah satu Panwas Kecamatan di Kecamatan Sibolga Sambas yang bernama Syahril Pasaribu (35) meninggal dunia akibat kelelahan dan trauma dengan peristiwa ini.Secara resmi, Nur Hidayat Sardini sudah menerima laporan kronologis kejadian dari Ketua Panwaslu/Kada Kota Sibolga, Sofyan Shauri Nasution
BACA JUGA: Foto AM Dibakar, Bentuk Intervensi Pihak Luar
Saya mewakili para anggota Bawaslu nerasa sedih dan ikut berbela sungkawa atas meninggalnya angggota kami itu," ujar Nur Hidayat Sardini kepada JPNN, Minggu (16/7) malam.Nur Hidayat akan segera mengirim surat kepada Mabes Polri terkait dengan persoalan ini
BACA JUGA: Dari 27 Pilkada, 3 Sudah Masuk ke MK
"Karena anggota kami dikejar-kejar dan harus mengungsi berpindah-pindah," cerita Nur.Pasca pelaksanaan pemungutan suara Pemilu Kada Kota Sibolga Sumatera utara pada 12 Mei 2010, Panwaslu Kota Sibolga mengalami kekerasan yang dilakukan oleh mereka yang kecewa terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil pemungutan suara di kota pantai timur Sumatera tersebutPara pengunjuk rasa yang mengatasnamakan 'Masyarakat Sibolga' tersebut menuntut diadakannya pemungutan suara ulang di Kota Sibolga.
“Mobil Panwaslu ditendangi, hampir saja dibakar bila tidak dicegah pihak keamanan,” ujar Ketua Panwaslu Kada Kota Sibolga, Sofyan Shauri NasutionDia cerita, para anggota Panwaslu pun diteriaki akan dibakar dan disiram air keras oleh seribuan massa yang kecewa saat mereka mengepung kantor Panwaslu SibolgaNamun untung saja semuanya bisa dicegah oleh aparat keamanan yang kebetulan berada di kantor PanwasluSegenap anggota Panwaslu Sibolga bersama staf sekretariat akhirnya bisa meloloskan diri setelah merusak pintu belakang kantor.
“Dimulai dari mereka merusak mobil, teriak-teriak, dan maki-maki kamiMenjelang sore, kondisi kian memanas dan mereka beringasTapi akhirnya kami berhasil meloloskan diri setelah merusak pintu belakang kantor kamiDi sela-sela bagaimana memikirkan keselamatan kami, kami masih sempat untuk menyelamatkan berkas-berkas penting, seperti laporan dan penanganan pelanggaranLebih penting lagi, ribuan Form C-1 yang berisi data-data hasil pemungutan dan penghitungan suara per TPS di seluruh Sibolga"Alhamdulillah, berhasil kami selamatkan," imbuh Sofyan, seperti dirilis Bagian Humas Bawaslu.
Hingga tadi malam, Sofyan mengaku mendapat banyak terorPesan dengan nada ancaman pembunuhan masuk ke segenap anggota PanwasAda yang melalui telpon seluler, ada yang mendatangi langsung ke rumah Panwas, hingga mengintimidasi kepada anggota keluarga anggota Panwaslu di sana.
“Jujur saja, saya dan anggota Panwas trauma dengan kejadian yang menimpa kamiTerakhir-terakhir ini kami tak berani angkat telpon seluler kami, apalagi dari nomor yang saya tidak ketahuiApalagi untuk kembali ke rumah, ada rasa khawatir dengan keamanan kami," Sofyan Nasution, yang juga Wakil Ketua GP Anshor Sumatera Utara.
Ditambahkan Sofyan, dengan adanya peristiwa ini juga menyebabkan salah satu Panitia Pengawas Kecamatan (Panwas Kecamatan) di Kecamatan Sibolga Sambas yang bernama Syahril Pasaribu yang berusia 35 tahun ini meninggal dunia akibat kelelahan dan trauma dengan peristiwa ini.
“Almarhum mengalami kelelahanSejak satu hari sebelum pemungutan suara dia sudah bertugas dari pagi hingga malam, kemudian adanya perhitungan di tingkat kecamatan yang diserang pendemo sehingga almarhum harus ikut melarikan diri dari para pendemo,” ujarnya(sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diserang Black Campaign, SHS Tetap Teratas
Redaktur : Tim Redaksi