jpnn.com, KEBUMEN - Kondisi Pasar Tumenggungan di Kebumen kian memprihatinkan. Selain pedagang yang mengeluhkan sepi penjualan, beberapa fasilitas di pasar juga terlihat rusak, tak berfungsi.
Salah satunya ialah adanya empat travelator yang sama sekali tidak berfungsi. Padahal anggaran pembangunan pasar mencapai Rp 50 miliar.
BACA JUGA: Sriyanto: Kalau Bupati Kebumen Memanipulasi Hasil Survei, Sudah Dituntut LSI
Rusaknya fasilitas pasar seperti travelator turut dikeluhkan para pedagang. Mereka menyayangkan, travelator sudah tidak berfungsi selama bertahun-tahun.
Bahkan, sejak pertama kali dibangun pada 2012 lalu dan diresmikan, travelator disebut sudah tidak berfungsi. Kondisinya makin parah karena terlihat kacanya pada pecah.
BACA JUGA: Kebumen Beach Marathon 2023 Diramaikan 2.515 Pelari, Jadi Ajang Promosi Pariwisata
"Kalau tidak berfungsi sudah lama banget sepuluh tahun lebihlah. Katanya biaya listriknya mahal, tetapi kalau sudah lama enggak berfungsi bisa jadi rusak. Soalnya enggak terawat, kaca juga pada pecah," ujar salah seorang pedagang lampu hias Mukharir yang menempati bangunan lantai dua, saat ditemui Selasa (30/7).
Mukharir mengakui dulu diawal-awal setelah peresmian sempat berfungsi. Namun, tidak lama kemudian mati.
BACA JUGA: Geram Kapolres Jember 5 Anggotanya Dikeroyok Pesilat PSHT, Aipda Parmanto Terluka Parah
Dia berharap travelator bisa kembali jalan, karena adanya travelator tujuan utamanya adalah membuat pasar menjadi modern, dan bisa meramaikan pasar atau meningkatkan daya beli masyarakat.
"Dulu adanya travelator, kan, tujuannya biar pasar bisa makin ramai pengunjungnya. Semakin modern, tetapi, malah enggak berfungsi alasannya listrik mahal. Kalau sudah tahu listrik mahal kenapa dari awal dipasang travelator. Malah sekarang jadinya rusak, tidak terawat," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Disperindag KUKM) Kebumen Haryono Wahyudi mengakui saat ini empat travelator di Pasar Tumenggungan dalam kondisi rusak. Kerusakannya pun sudah sudah cukup lama, setelah peresmian.
"Sempat dilakukan perbaikan, tetapi, rusak lagi karena biayanya mahal, sekali perbaikan bisa sampai Rp 50 juta. Kami tidak ada lagi anggaran untuk perbaikan. Kalau pun harus mengambil dari pendapatan pasar tidak mencukupi," tuturnya.
Haryono menyebut proyek pembangunan travelator ini dikerjakan bersamaan dengan pembangunan pasar oleh PT Relis Sapindo Utama.
Total anggaran mencapai Rp 4 miliar dan khusus satu travelator sekitar Rp 1 miliar. Dia pun turut menyayangkan karena travelator sudah rusak parah dan membutuhkan anggaran besar untuk perbaikan.
"Sekali perbaikan bisa menghabiskan sekitar Rp 50 juta, sedangkan biaya listrik per bulan mencapai Rp 20 juta atau sekitar Rp 750 ribu per hari. Dengan operasional dari pagi hingga pukul 16:00. Ini tidak sebanding dengan retribusi yang diperoleh pasar hanya mencapai sekitar Rp 800 juta per tahun," tambahnya.
Haryono mengakui bahwa travelator di Pasar Tumenggungan seharusnya menjadi daya tarik bagi pengunjung. Namun, karena tidak berfungsi sehingga menyebabkan menururnya pengunjung pasar.
"Travelator ini sebenarnya, kan, untuk memudahkan pengunjung untuk naik ke lantai atas tanpa merasa capek. Namun, sejak tidak berfungsi, banyak pengunjung yang enggan naik ke lantai dua, mengakibatkan penurunan jumlah pembeli dan beberapa kios tutup," katanya.
Dengan kerusakan travelator ini, pihaknya mengaku ada beberapa pedagang yang mengadu ke Disperindag KUKM akibat sepinya pembeli. Ini karena menurunya minat masyarakat datang ke pasar khususnya lantai dua.
"Sepinya pengunjung lantai dua salah satunya disebabkan tidak berfungsinya travelator. Padahal, banyak toko baju di lantai atas yang terpengaruh karena mengeluh sepinya penjualan," ujar dia. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Rumah Sakit Klaim Fiktif BPJS Kesehatan Miliaran Rupiah, KPK Turun Tangan, Nah Loh
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti