jpnn.com - MESKI lagi di Kowloon, saya ikuti debat cawapres kemarin malam. Lewat YouTube.
Sebenarnya ada janji bertemu orang di sana malam itu. Bisa saya majukan sehari sebelumnya.
BACA JUGA: Lempar Handuk
Saya ikuti debat itu karena penasaran. Di hari-hari sebelumnya, di salah satu grup WA yang saya ikuti, banyak anggota yang membayangkan betapa akan hancur "anak kecil" itu di debat nanti.
Dia begitu diremehkan. Sampai ada komentar yang menyindir tetapi jenaka: sebaiknya KPU mengizinkan dia bawa kertas catatan.
BACA JUGA: Banteng Terluka
Disahut yang lain: juga boleh bawa laptop. Ditimpali satunya: kalau perlu boleh bawa tim ke panggung.
"Sekalian boleh bawa bapaknya," sahut yang lain lagi.
BACA JUGA: Jembatan Butuh
Selesai debat, saya buka grup WA yang sama: ternyata banyak yang memuji "anak kecil" itu. Bahkan, dinobatkan sebagai pemenang debat. "Menang telak," kata mereka.
Hanya ada satu WA yang mengatakan "anak kecil" itu sombong. Satu lagi mengatakan dia tricky: menjebak cawapres lain dengan pertanyaan berupa singkatan, tanpa konteks.
Kalau saja pertanyaan itu ditambah enam kata mungkin kesan tricky-nya bisa hilang.
Misalnya, ditambah "dalam ekonomi syariah kita mengenal singkatan SGIE...". Bagus. Tetap sulit tetapi elegan.
Namu ,hari ini saya tidak akan membahas soal debat itu. Satu jam sebelum debat saya menerima WA dari pengacara Surabaya: Eksi Anggraeni dijatuhi hukuman 7 tahun penjara –lebih ringan dari tuntutan jaksa yang 10 tahun.
Tiga terdakwa lainnya, para manajer PT Antam, kena 66: enam tahun dan enam bulan.
Maka sepotong lagi serpihan berita "emas 6 ton PT Antam" perlu dirangkai.
Eksi merasa dikorbankan. Wanita 54 tahun bermarga Kho ini masih penasaran: mengapa permintaan untuk menghadirkan satu saksi penting tidak dikabulkan.
Juga: mengapa permintaan untuk melihat faktur asli tidak dipenuhi.
Saksi yang dimaksud Eksi adalah seorang pejabat di PT Antam.
Namanya Nur Prahesti. Menurut Eksi, orang itu yang tiga kali menemuinyi di bulan Desember 2018.
Orang itu yang mendesak agar Eksi cari pembeli lagi. Senilai Rp 92 miliar. Desember harus tutup buku.
Kesan Eksi, di tutup tahun itu Antam terasa seperti kepepet cash flow.
"Beliau akhirnya berterus terang mengapa perlu uang begitu besar dalam waktu cepat," ujar Eksi.
"Terus terang saja ini untuk menutup KMK di Bank Mandiri," ujar Eksi mengutip orang itu.
Kredit itu, kata Eksi mengutip kata-kata orang tersebut, untuk menutupi lubang akibat pernah ada korupsi di PT Antam.
Yang korupsi sudah dibawa ke pengadilan tetapi lubangnya masih menganga.
Sayangnya potongan itu tidak bisa dirangkai. Kalau saja saksi bisa dihadirkan akan jelas apakah keterangan Eksi itu benar.
Eksi sendiri masih sedikit lega. Dia tidak langsung masuk penjara.
Waktu vonis itu dijatuhkan status Eksi adalah tahanan kota di perkara lain.
Berarti dia masih bisa merawat mamanyi yang sudah tua.
Itu yang terus jadi pikiran Eksi: siapa yang merawat mamanyi kalau dia di dalam penjara.
SGIE: Sial Gede Ini Eksi. (*)
Video Terpopuler Hari ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Utang Emas
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi