jpnn.com, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) tidak akan menarik pasukannya dari Syria sekaligus. Jika semula penarikan pasukan ditargetkan rampung dalam 30 hari, kini patokan itu tidak lagi berlaku.
Keputusan tersebut lahir dalam pertemuan Presiden Donald Trump dengan Lindsey Graham, senator senior Partai Republik, Minggu (30/12).
BACA JUGA: Amerika Serikat Ikut Memprotes Kesepakatan Brexit
"Saya rasa, saat ini kami sedang menghadapi jeda," ujar Graham sebagaimana dikutip Al Jazeera.
Politikus asal South Carolina itu menyatakan bahwa Trump akan memperlambat metode penarikan pasukan. Tidak sekaligus, tapi bertahap. AS juga tak mau tergesa-gesa menuntaskan penarikan sekitar 2.000 personel dari Syria.
BACA JUGA: Sikap Jual Mahal Taliban Hambat Perdamaian di Afghanistan
Saat ini, menurut Graham, pemerintah sedang memikirkan cara terbaik untuk menarik pasukan dengan bijak agar tidak menimbulkan kesulitan baru bagi kelompok Kurdi yang selama ini berkubu dengan AS.
Tanpa AS, Kurdi akan menjadi sasaran empuk pasukan Turki yang selalu menganggap mereka sebagai teroris. Pasukan Iran yang bersekutu dengan militer Syria pun akan lebih leluasa menghancurkan Kurdi.
BACA JUGA: Turki Berpotensi Jadi Musuh Baru Syria
Sebelum bertemu Trump, Graham sempat mengungkapkan bahwa penarikan pasukan AS dari Syria bisa menjadi peluang bagi teroris untuk melancarkan serangan 11 September kedua. Sebab, ISIS akan kembali menguat di Syria. Tidak seperti klaim Trump, ISIS di kawasan itu belum hancur sepenuhnya.
"Masih ada banyak perbedaan antara saya dan presiden. Tapi, saya bisa mengatakan bahwa presiden telah memikirkan rencana tersebut masak-masak," ujar Graham usai bertemu Trump. Dalam pertemuan itu, Trump mengungkapkan banyak hal tentang Syria yang tidak pernah Graham ketahui sebelumnya.
Lebih lanjut, Graham menjelaskan bahwa lawatan Trump ke Iraq saat Natal telah membuka wawasan sang presiden. Trump menjadi paham tentang tugas pengamanan daerah konflik. Terutama soal penghancuran ISIS.
Kendati ISIS telah kalah, jaringan teror yang sudah berkembang ke banyak wilayah tersebut tidak bisa dibiarkan dalam kondisi mati suri.
Bersamaan dengan itu, Reuters melaporkan bahwa Pentagon tengah merumuskan cara terbaik untuk menarik pasukan. Salah satu opsinya adalah memperpanjang waktu penarikan dari 30 hari menjadi 120 hari.
Selain mekanisme penarikan pasukan, pembahasan soal senjata juga penting. Beberapa komandan AS merekomendasikan YPG, paramiliter Kurdi yang pro-AS, tetap dipersenjatai.
Agaknya AS harus segera memutuskan nasib YPG. Kabarnya, konvoi pasukan Turki sudah menuju perbatasan Syria. Sputnik mengungkapkan bahwa sekelompok serdadu Turki bersenjata membawa kendaraan lapis baja mereka ke Gaziantep yang berbatasan dengan Syria.
Minggu malam, mereka menyeberang ke ke Syria lewat perbatasan Qamishli. "Mereka berkata akan mendekati Kota Manbij untuk mempersiapkan ofensif besar-besaran," tegas jurnalis Al Jazeera Mohammad Adal. (sha/c22/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Liga Arab Kembali Rangkul Syria
Redaktur & Reporter : Adil