Trump Bocorkan Informasi Sangat Rahasia AS ke Rusia

Rabu, 17 Mei 2017 – 13:03 WIB
Donald Trump. Foto: AFP

jpnn.com, WASHINGTON - Gedung Putih jebol. Sebuah rahasia negara keluar dari Oval Office, ruangan yang seharusnya menjadi tempat dengan pengamanan paling ketat di dunia.

Siapa lagi yang berani melakukannya kalau bukan Presiden AS Donald Trump. Washington Post mengungkap bahwa Trump telah membocorkan informasi dengan klasifikasi sangat rahasia kepada Menlu Rusia Sergei Lavrov yang dia jamu di Oval Office.

BACA JUGA: Donald Trump Bakal Pecat Arsene Wenger dengan Segera

Menemui seorang Menlu di Oval Office saja bukan hal yang lazim. Apalagi ditambah dengan memberikan informasi codeword alias data intelijen yang hanya boleh diketahui orang-orang dengan kata sandi tertentu. Menurut laporan The Post, laporan intelijen yang dibagikan terkait dengan terorisme dan ISIS. Saat ini, AS dan Rusia memang sedang memerangi ISIS di Syria meski dengan strategi dan koalisi masing-masing.

Gedung Putih pun langsung membantah laporan The Post. ”Tidak ada. Tidak ada pembicaraan tentang sumber atau metode intelijen dalam pertemuan itu. Presiden juga tidak berbicara tentang aksi militer AS yang belum menjadi konsumsi publik,” tegas H.R. McMaster, penasihat keamanan nasional AS.

BACA JUGA: Ya Ampun, Pak Guru Menarik Jilbab Siswi Belia Hingga Terluka

Dia mengaku tahu persis semua yang terjadi di Oval Office pada Rabu (10/5) karena ikut mendampingi Trump.

Meski demikian, McMaster tidak bersedia memberikan keterangan yang lebih terperinci. Terkait pemberitaan Washington Post tentang pembocoran informasi intelijen, pengganti Michael Flynn itu tidak menyalahkan. Tapi, dia memilih tidak berkomentar.

BACA JUGA: Bos FBI Dipecat, Skandal Trump-Rusia Malah Makin Ramai

Namun, upaya McMaster untuk menyelamatkan citra Trump itu justru luntur saat presiden ke-45 Negeri Paman Sam tersebut membela diri lewat Twitter. Dengan bahasanya yang ceplas-ceplos, Trump menyatakan bahwa sebagai presiden, dirinya punya hak mutlak untuk berbagi informasi tentang terorisme dan keamanan penerbangan dengan pihak lain. Termasuk Rusia.

”Sebagai presiden, saya punya hak mutlak untuk berbagi informasi dengan Rusia (dalam pertemuan yang sebelumnya sudah dijadwalkan Gedung Putih). Berbagai fakta tentang terorisme dan keamanan penerbangan,” terang Trump lewat cuitannya.

Dia juga menyatakan bahwa kedua pihak berbagi informasi tentang isu kemanusiaan. Kepada Rusia, Trump berpesan agar Kremlin lebih serius memerangi terorisme.

Trump yang kini menjadi penguasa Gedung Putih dan memegang kendali nuklir AS memang punya hak untuk berbagi informasi rahasia dengan negara lain. Tapi, untuk informasi sangat rahasia yang masuk kategori codeword, Trump tidak bisa sembarangan membocorkannya. Sebab, selain membahayakan keamanan negara, keteledoran bisa mengancam nyawa sumber intelijen yang menghimpun informasi itu.

Sebelum membocorkannya kepada pihak lain, seharusnya Trump berkonsultasi lebih dahulu dengan sekutu-sekutu AS dan terutama pihak yang memberikan informasi tersebut. Padahal, sejak lama, AS menjalin kerja sama intelijen dengan negara-negara sekutu. Maka, informasi yang AS dapatkan itu bisa berasal dari negara-negara lain. Jika Trump asal membocorkannya, keamanan sekutu AS pun terancam.

”Kabar itu sangat mengganggu. Gedung Putih harus segera memberikan penjelasan terperinci tentang ini semua,” kata Bob Corker, ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS.

Politikus Partai Republik itu mengaku kecewa terhadap Trump yang ceroboh. Kini AS harus menjelaskan kepada sekutu-sekutunya tentang hal-hal yang Trump dan delegasi Rusia bahas di balik ruangan tertutup pekan lalu.

Pada masa kampanye pemilihan presiden (pilpres), Trump sering mengkritik Hillary Clinton karena dianggap tidak bisa memegang rahasia. Lewat Twitter maupun pernyataan verbal, suami Melania Knauss itu menyebut Clinton teledor. Terutama karena dia menggunakan alamat surat elektronik (surel) pribadinya dalam urusan pekerjaan. Akibatnya, banyak informasi rahasia yang terpublikasi.

Pekan lalu ternyata Trump melakukan hal yang sama. Dia membocorkan rahasia intelijen kepada Rusia yang meski di mata Trump adalah teman, di hadapan publik AS tetaplah musuh. Demi teman yang diduga kuat punya peran penting di balik kemenangannya November lalu, Trump bahkan bersedia menyambut Lavrov secara langsung.

Oval Office yang selama ini hanya digunakan untuk menyambut kepala negara pun dimanfaatkan Trump untuk menemui Lavrov. Selain Lavrov, ada Duta Besar Rusia untuk AS Sergei Kislyak dalam rombongan delegasi Negeri Beruang Merah tersebut. Kislyak adalah pejabat Rusia yang diam-diam bertemu Flynn pada masa transisi kepresidenan. Pertemuan itu pulalah yang membuat Flynn terdepak dari pemerintahan.

Menurut Washington Post, kecerobohan Trump Rabu lalu baru terdeteksi akhir pekan. Mereka yang mendampingi sang presiden dalam pertemuan istimewa itu tidak pernah tahu bahwa yang dibahas Trump dengan Lavrov dan Kislyak adalah rahasia. Mereka baru sadar saat mendokumentasikan pertemuan tersebut. Begitu sadar, Gedung Putih langsung melaporkannya kepada CIA dan National Security Agency (NSA).

Kini Trump harus mempertanggungjawabkan keteledorannya di hadapan House of Representatives, DPR-nya AS. Kemarin Ketua House of Representatives Paul Ryan mengaku sudah melayangkan surat kepada Gedung Putih dan minta penjelasan. ”Menjaga rahasia negara adalah hal yang sangat prinsip. Kami harap Gedung Putih bisa memberikan penjelasan lengkap,” katanya. (afp/reuters/cnn/bbc/hep/c6/sof/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dipecat, Direktur FBI Sempat Mengira Trump Bercanda


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler