Tuding Orang Fauzi Bowo Bikin Ricuh Bedah Buku Prijanto

Jumat, 07 September 2012 – 19:58 WIB
JAKARTA - Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie Massardi, menduga kericuhan yang terjadi saat berlangsungnya acara bedah buku "Kenapa Saya Mundur Dari Wagub DKI Jakarta" karya Wakil Gubernur DKI, Prijanto, Rabu (5/9), di Hotel Pullman Jakarta Pusat, terindikasi dilakukan oleh orang-orang Fauzi Bowo. Karenanya, Adhie meminta Foke -sapaan Fauzi Bowo- segera meminta maaf.

"Kejadian itu terindikasi dilakukan oleh orang-orangnya Fauzi Bowo. Untuk itu, kami meminta Fauzi Bowo bertanggung jawab dan meminta maaf kepada kami secara terbuka," kata Adhie Massardi dalam jumpa pers di gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (7/9).

Seperti diketahui, GIB pada Rabu (5/9) lalu menggelar forum Mahkamah Intelektual di Hotel Pullman. Acara itu juga diisi dengan bedah buku karya Prijanto yang mengungkap praktik dugaan korupsi di Pemda DKI.

Namun dalam acara itu ada sejumlah orang yang datang dan berteriak-teriak menuding Prijanto pengecut. Ulah itu membuat acara bedah buku terganggu.

Adhie menduga ada kesengajaan dari tim kampanye Fauzi Bowo untuk mengacaukan kegiatan tersebut. Karenanya Adhie mengingatkan Foke untuk meminta maaf dalam sepekan ini.

Adhie menambahkan, pihaknya juga tengah menyiapkan forum serupa uutuk membedah buku yang memicu polemik di masyarakat. Buku yang akan dibedah antara lain "Nasihat Untuk SBY" karya Adnan Buyung Nasution, "Gurita Cikeas I dan II" karya George Junus Aditjondro, serta  buku "Untuk Hukum dan Keadilan" karya Antasari Azhar.

"Mahkamah intelektual ini diharapkan menjadi instrumen yang lahir dari rahim masyarakat sipil guna membangun etika, moral dan tanggungjawab kalangan intelektual, cendekiawan dan para pejabat publik," ujarnya.

Dipaparkannya, Mahkamah Intelektual itu dirancang seperti pengadilan bagi penulis buku. Penulis yang ditempatkan seolah-olah sebagai terdakwa di pengadilan. dimintai pertanggungjawabannya dengan menjawab berbagai pertanyaan dari para panelis.

Sementara iaktivis GIB yang juga pengamat politik Universitas Indonesia, Boni Hargens mengatakan bahwa forum mahkamah intelektual itu hanya sekadar format bagi elemen masyarakat madani untuk "mengadili" pemikiran kritis seorang penulis buku yang kontroversial. "Mahkamah intelektual ini semata-mata hanya untuk pencerdasan publik secara umum dan tidak ada orientasi lainnya," ujarnya.(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pimpinan Aliran Penganut Seks Bebas Hengkang dari Bogor

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler