Yayasan kematian milik Andriyanto itu terbakar pada pukul 13.30 karena genset terbakar dan meledak. Korban tewas adalah satu keluarga dan tiga babysitter. Antara lain, Lusiana (istri Adriyanto), 51, dan menantunya, Vini, 34. Selain itu; dua cucu Lusiana (anak Vini); yakni Gabriel, 9 bulan, dan Gio, 2,5 bulan; ikut menjadi korban. Tiga babysitter yang tewas adalah Tari, 20, dari Surabaya; Desi, 20; serta Rapi"ah, 20, dari Pekalongan. Suwati, 30, pembantu Adriyanto, selamat setelah berhasil keluar saat api mulai membesar. Suwati juga berhasil menyelamatkan seorang cucu Andriyanto, Dominic, 7. Sedangkan Adriyanto saat kejadian tidak berada di rumah.
Radar Semarang (Jawa Pos Group/JPNN) melaporkan, sebelum kebakaran, listrik di kawasan perkampungan padat penduduk itu padam sejak pukul 10.00. Karena listrik padam, keluarga Adriyanto menyalakan genset agar pekerjaan sehari-hari di rumah kematian tersebut tak terganggu. Selama ini, rumah itu digunakan sebagai tempat untuk merangkai bunga ucapan dukacita.
Karena rumah itu digunakan untuk kerja, genset selalu dinyalakan setiap kali terjadi pemadaman listrik. Setelah genset menyala, aktivitas kembali normal. Meski begitu, kegiatan kemarin tidak seramai hari biasanya. Sebab, kemarin merupakan akhir pekan. Ada beberapa karyawan yang sedang merangkai bunga di halaman rumah itu.
Sekitar pukul 13.30, terdengar suara ledakan dari mesin genset yang berada di depan rumah. Tak lama kemudian, kepulan asap mulai tampak dari ruang genset dan muncul api. Karena siang kemarin terik matahari menyengat, api cepat membesar dan menyambar bangunan rumah.
Tadi sempat mendengar suara ledakan kencang duarrr ! Begitu saya keluar rumah, sudah muncul asap hitam, kata Sarbini, 44, tetangga depan rumah korban.
Melihat hal itu, Sarbini berteriak minta tolong. Belum sempat warga berdatangan, api makin besar dan melumat seisi rumah. Di tengah kepanikan, seorang pembantu korban, Suwati, berhasil lari ke luar. Dia menyelamatkan seorang cucu korban, Dominic. Saat keluar, Suwati teriak minta tolong karena genset terbakar, kata saksi.
Api mudah membesar karena di dalam rumah itu bertumpuk karangan bunga dukacita yang mudah terbakar. Puluhan warga berusaha memadamkan api dengan alat seadanya. Sayang, usaha warga tersebut tidak membuahkan hasil maksimal. Si jago merah cepat membesar, bahkan nyaris melumat rumah tetangga korban.
Karena rumah korban berada di tengah permukiman padat penduduk, mobil pemadam kebakaran sulit menjangkau lokasi itu. Petugas juga sulit memadamkan api karena banyaknya warga yang menyaksikan kebakaran tersebut. Enam mobil pemadam kebakaran diterjunkan ke lokasi kejadian. Petugas dengan dibantu warga bahu-membahu memadamkan api.
Selang satu jam kemudian, api bisa dipadamkan. Setelah api benar-benar padam, puluhan petugas pemadam kebakaran, SAR, dan relawan menyisir seluruh ruang rumah itu. Petugas mendapati tujuh penghuni rumah tewas terpanggang. Mayat seluruh korban dievakuasi ke RS Pantiwilasa, Jalan Citarum, Semarang.
Tujuh orang tewas karena terjebak di dalam rumah itu. Mereka tidak bisa menyelamatkan diri karena api berasal dari ledakan genset yang berada di ruang depan rumah, kata Kapolrestabes Semarang Kombespol Elan Subilan.
Tewasnya tujuh orang itu membuat yang menyaksikan miris. Betapa tidak, para korban tersebut terjebak dalam satu ruang dan tubuh mereka menumpuk di depan kamar mandi. Satu-satunya yang terpisah adalah tubuh Gabriel, yang ditemukan di kamar mandi. Diperkirakan, bocah itu sengaja dilempar ke kamar mandi agar nasibnya lebih baik.
Rumah Adriyanto cukup luas. Halaman depan digunakan untuk aktivitas merangkai bunga. Sedangkan lantai 1 bangunan rumah itu digunakan untuk aktivitas karyawan serta lantai 2 dimanfaatkan untuk kamar tidur, ruang tamu, kamar pembantu, dan kamar menantu korban.
Saat kebakaran terjadi, tujuh korban itu diduga sedang berada di lantai bawah. Mereka hendak menyelamatkan diri dari kobaran api menuju lantai atas. Tapi, belum sempat naik tangga, para korban tersebut diduga mengalami sesak napas gara-gara asap pekat, kemudian pingsan di depan kamar mandi. Posisi kamar mandi itu persis di bawah tangga.
Heriyanto, relawan dari Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang yang ikut mengevakuasi korban, mengatakan bahwa timnya menemukan seorang balita dipeluk perempuan. Diduga, perempuan itu adalah Lusiana. Tapi, dia belum bisa dikenali karena kondisi seluruh mayat gosong.
Api kan dari depan. Jadi, mereka lari ke belakang, hendak naik ke lantai atas. Tapi, belum sempat naik, sudah kehabisan napas dan terbakar, ucap Heriyanto. (fth/ric/isk/jpnn/c11/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gubernur Jabar Tebar Dana Desa Rp 300 M
Redaktur : Tim Redaksi