jpnn.com, JAKARTA - Program tunjangan hari tua buat atlet pendulang medali buat Indonesia di pentas Olimpiade telah diluncurkan tahun lalu. Kemenpora sempat mendulang apresias karena program tersebut akan cukup membantu keseharian para atlet. Namun memasuki 2017, tanda-tanda pencairan tunjangan tersebut jauh panggang dari api.
Hingga sebulan menjelang pencairan, memang tidak ada tanda-tanda pencairan. Sesmenpora, Gatot S. Dewa Broto memastikan bahwa tunjangan tersebut akan di-suspend untuk sementara waktu. "Kendalanya karena tidak ada acuan di undang-undangnya," sebutnya.
BACA JUGA: Klemen Tinal Dilantik Sebagai Ketum PB PORSEROSI 2017-2021
Sebab, tunjangan hari tua itu hanya berpedoman dengan peraturan menteri. "Saya minta teman-teman di Deputi 3 untuk menyelesaikan kajian hukum dan draft-nya," terangnya.
Selanjutnya, Kemenpora berupaya memaksimalkan landasan hukum terlebih dulu.
BACA JUGA: Panglima TNI: Junjung Tinggi Sikap Kesatria
Terpisah, Susy Susanti, peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu terlihat kecewa dengan kebijakan Kemenpora yang seakan naik turun. Dia mencontohkan, saat Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir mendulang medali emas di Olimpiade Rio 2016 mereka mendapatkan masing-masing Rp 5 miliar.
"Saat itu masyarakat banyak yang ingin menjadi Owi/Butet, kalau sekarang seperti ini mending yang pasti-pasti aja, saya berharap ada kepastian hukum yang lebih jelas," bebernya.
BACA JUGA: Kontingen O2SN Jabar Kurang Mendapat Dukungan Pemda
Menurutnya, segala tuntutan yang dibebankan di pentas internasional seharusnya memang diimbangi dengan apresiasi nyata dari pemerintah.
"Sekarang tinggal niat baik dari pemerintah, jangan sampai atlet jadi sapi perah saja," ungkapnya.
Susy menegaskan sejak awal tidak mendapatkan pemberitahuan secara langsung bahwa tunjangan tersebut akhirnya harus disetop. (nap)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Eko Yuli Gagal Raih Medali Emas
Redaktur & Reporter : Adek