jpnn.com, ISLAMABAD - Pakistan jadi negara terbaru yang diguncang aksi demokrasi besar-besaran. Hari ini, Jumat (1/11), puluhan ribu pendukung kubu oposisi turun ke jalan di Islamabad menuntut lengsernya Perdana Menteri Imran Khan.
Ini merupakan aksi terorganisir pertama oposisi sejak Khan memenangkan pemilu pada 2018 lalu. Fazl-ur-Rehman, pemimpin salah satu partai Islam terbesar Pakistan menjadi motor aksi tersebut didukung tokoh dari partai-partai oposisi lainnya.
BACA JUGA: Tentara India dan Pakistan Kembali Bunuh Warga Sipil di Kashmir
Oposisi menyebut pemerintahan Khan ilegal dan ditunggangi oleh militer. "Ada hukum militer terselubung berlaku di sini," ujar Habib ur Rehman, salah seorang demonstran seperti dilansir Reuters. Kondisi ekonomi yang kian sulit juga menjadi keluhan para peserta aksi.
Para pemimpin aksi mengancam akan memobilisasi santri dari berbagai madrasah di seantero negeri untuk aksi lebih besar jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. Mereka pun mengingatkan kekacauan yang akan muncul jika itu terjadi.
BACA JUGA: Anak Buah Trump dan Petinggi Taliban Gelar Pertemuan Tertutup di Pakistan
Demonstrasi ini membuat pengamanan di Islamabad diperketat. Akses ke area kantor pemerintahan dan diplomatik ditutup dengan kawat berduri dan peti kemas.
Sementara itu, sekolah-sekolah, transportasi umum juga tidak beroperasi hari ini. Salah satu provider telekomunikasi menyebutkan, layanan internet terganggu di beberapa area.
BACA JUGA: Pakistan Tertarik Genjot Kerja Sama SDM dengan Indonesia
Imran Khan memenangkan pemilu tahun lalu bermodalkan janji membawa Pakistan keluar dari budaya korupsi dan mengangkat 100 juta warga keluar dari kemiskinan. Namun, krisis ekonomi, yang melanda tak lama setelah dia memerintah, memusnahkan janji-janji manis mantan atlet kriket itu. Pada Juli lalu, Pakistan terpaksa mengambil dana talangan sebesar USD 6 miliar dari IMF. (reuters/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil