Pakar pendidikan di Australia telah menyuarakan keprihatinan mereka atas jumlah guru bahasa Inggris asing yang dipekerjakan di luar negeri, yang tidak memenuhi kualifikasi, hanya karena "kulit putih" mereka, dan atas dampak negatif jangka panjang terhadap para siswa. Poin kunci:⢠Belajar Bahasa Inggris menjadi semakin penting di Asia selama beberapa dekade terakhir
⢠Laporan terbaru mengatakan dua pertiga dari 400.000 orang asing yang mengajar di China tidak memenuhi syarat
⢠Beberapa sekolah "lebih suka membayar denda" daripada mempekerjakan guru lokal
BACA JUGA: Sydney Mulai Bangun Bandara Kedua di Badgerys Creek
China adalah salah satu di antara banyak negara Asia - termasuk Indonesia, Malaysia dan Vietnam -yang berjuang untuk mengatur orang asing yang tidak memenuhi syarat mengajar Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua (ESL).
Baru-baru ini, sebuah laporan oleh kantor berita Xinhua milik Pemerintah China mengatakan, dua pertiga dari 400.000 orang asing yang mengajar di negara itu pada tahun 2017 tidak memenuhi syarat, dengan beberapa orang juga bekerja dengan visa yang salah.
BACA JUGA: Potongan Pantai di Queensland Runtuh ke Laut
Lynette Kim, direktur di TESOL Australia, mengatakan kepada bahwa orang asing yang menjadi guru tanpa pelatihan formal bisa memiliki dampak negatif jangka panjang terhadap siswa dan guru itu sendiri.
Ia mengatakan, hal itu bisa memengaruhi pengucapan siswa, ekspresi vokal, kemampuan mereka untuk belajar bagaimana membentuk kalimat, dan bahkan minat mereka untuk terus belajar bahasa Inggris.
BACA JUGA: Fertilitas Merosot, Populasi Indonesia 2045 Sekitar 319 Juta Orang
"Mereka datang dengan berpikir saya akan ... menghasilkan uang dan keluar dari sini," katanya.
"[Mereka] menjadi sangat lelah, mereka menjadi sangat tertekan, mereka mulai membenci [mengajar jika] melakukannya hanya demi uang." Photo: Jake Sharp adalah satu dari banyak guru bahasa Inggris yang memenuhi syarat di Vietnam, yang menikmati kebebasan finansial dari bekerja di luar negeri. (Supplied: Jake Sharp)
Mantan warga Gold Coast, Jake Sharp, berusia 27 tahun ketika ia memutuskan untuk pindah ke Vietnam karena ia, seperti banyak pemuda Australia lainnya, menikmati petualangan hidup di negara baru.
Sharp, sekarang seorang guru bahasa Inggris yang terakreditasi, mengatakan, para guru di Vietnam mendapatkan upah yang baik dan banyak orang Australia memutuskan untuk tinggal jangka panjang karena biaya hidup di sana jauh lebih murah.
Namun, banyak pusat bahasa Inggris di Vietnam menyewa penutur asli bahasa Inggris tanpa kualifikasi - selama mereka terlihat seperti orang yang fasih berbahasa Inggris, katanya.Lebih memilih bayar denda
Kim, serta beberapa guru lain yang berbicara dengan ABC, mengatakan bahwa banyak sekolah di luar negeri menyewa orang asing hanya karena "kulit putih" mereka.
"Orang-orang berpikir, kecuali Anda memiliki orang Barat [mengajar di sekolah], Anda benar-benar tidak akan mendapatkan budaya mereka dengan benar, dan untuk beberapa hal itu benar," katanya.
Warga Perancis-Inggris, Nathaniel Kempster, tiba di Tiongkok dengan visa pelajar pada tahun 2006.
Ia mengatakan kepada ABC bahwa ia didekati untuk mengajar di taman kanak-kanak pada hari kedua dan tidak memiliki visa kerja yang sah.
"Anda bahkan tak perlu menjadi penutur asli untuk mendapatkan bayaran yang baik, Anda hanya harus âberkulit putih' - itulah yang paling penting - itulah kriteria pertama," katanya.
Ia mengajar di akhir pekan selama enam bulan sebelum sejumlah petugas mempertanyakan identitasnya.
"Pada suatu Sabtu pagi ketika saya sedang mengajar. tiba-tiba, sekitar sepuluh petugas yang berbeda masuk, semua dengan kamera merekam kami," kata Kempster.
"Anak-anak benar-benar ketakutan, dan tak ada yang mengerti apa yang terjadi. Dan saya menghabiskan hari di kantor polisi." Photo: Jake Sharp pindah ke Vietnam karena ia menikmati petualangan tinggal di negara baru. (Supplied: Jake Sharp)
Tapi Kempster mengatakan, sekolah dengan guru asing menghasilkan banyak uang, jadi pemberi kerja lebih suka membayar denda daripada mempekerjakan guru lokal.
"[Sekolah] tahu bahwa mereka akan menghasilkan sejumlah besar uang dari guru itu, jadi membayar denda adalah hal yang sangat kecil dibandingkan dengan jumlah uang yang akan mereka hasilkan seiring waktu," katanya.
"Di China, menjadi kebarat-baratan dianggap lebih unggul," kata Kempster.
"Juga, fakta bahwa Anda orang Barat, [orang pikir] Anda jelas sangat mahir berbahasa Inggris, meskipun beberapa orang lainnya tak berpikir dmeikian."
Ketiadaan prosedur pemeriksaan tidak hanya menyebabkan guru yang tidak terlatih, tetapi latar belakang kriminal juga tidak terdeteksi.
Sharp mengatakan, di Vietnam, orang asing sering dipekerjakan tanpa pemeriksaan latar belakang. Photo: Nathaniel Kempster bekerja sebagai guru privat setelah ia tak boleh mengajar lagi di Taman Kanak-Kanak. (Supplied)
"Kursus bahasa [Inggris] sering tidak diatur -orang bekerja dengan anak-anak tanpa harus menunjukkan pemeriksaan polisi," katanya.
Di Shanghai, seorang siswa menemukan pengajar bahasa Inggrisnya, Daniel William Hiers, berada dalam daftar 15 penjahat paling dicari di AS, menurut media pemerintah China CGTN dan Global Times.
Pria itu telah masuk dalam daftar orang paling dicari Amerika sejak Maret tahun 2005 karena pembunuhan dan perilaku seksual kriminal. Photo: Daniel Hiers mengajar di China sebelum jejak kriminalnya dilaporkan ditemukan oleh sang murid. (US Marshals)
Mengajar demi kenyamanan
Hukum Indonesia mengharuskan para guru bahasa Inggris untuk memiliki gelar master dan minimal lima tahun pengalaman mengajar untuk mengajar di sekolah internasional.
Tetapi para guru yang memenuhi persyaratan ini menjadi semakin sulit untuk ditemukan karena permintaan untuk belajar bahasa Inggris meningkat.
Beberapa sekolah telah memilih untuk mengakali persyaratan ini.
Yusuf Muhyidin, Direktur Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, mengatakan, para guru yang tidak memenuhi syarat kadang-kadang bisa lolos dari peraturan.
"Banyak tempat kursus menggunakan penutur asli, tetapi beberapa tidak ingin menjalani prosedur yang benar atau mendapatkan izin dari Kementerian," katanya.
"Ini sering terjadi karena waktu untuk memprosesnya dan faktor biaya." Photo: Para guru asing yang tak memenuhi syarat dipekerjakan di luar negeri semata-mata karena mereka âberwajah buleâ, kata beberapa orang di industri pelatihan bahasa. (Flickr: Jeremy Wilson)
Meski demikian, ia mengatakan hal tersebut bukan menjadi tugas Kementerian untuk menindaknya.
"Itu sebenarnya tugas polisi untuk menindak para pekerja semacam itu," katanya.
Anja Filla-Dwehus, kelahiran Sydney, yang telah mengajar bahasa Inggris di China selama 18 tahun, mengatakan bahwa bisa jadi sulit bagi warga negara asing untuk bekerja di sektor di mana mereka memenuhi syarat karena peraturan Pemerintah China yang ketat.
"Sementara beberapa dari mereka adalah guru sungguhan di negara asal, saya telah menemukan beberapa orang yang pada dasarnya hanya berkunjung dan itu hanyalah sesuatu bagi mereka untuk tetap memiliki pendapatan," katanya.
Ada laporan yang saling bertentangan tentang peraturan seputar guru asing.
Sebuah artikel di Xinhua yang diterbitkan pada bulan Juli mengatakan, butuh setidaknya empat bulan untuk menyewa seorang guru asing dengan mengikuti proses hukum yang benar. Photo: Anja Filla-Dwehus (kiri) mengatakan, orang tua di China ingin anak-anak mereka bisa berbahasa Inggris âlayaknya orang asingâ. (Supplied: Anja Filla-Dwehus)
Para guru asing juga membutuhkan gelar sarjana, dua tahun pengalaman kerja yang relevan atau kualifikasi mengajar untuk mendapatkan ijin kerja, kata laporan itu.
Tetapi Zhang Fucheng, wakil presiden Universitas Yanshan, mengatakan kepada Xinhua dalam artikel terpisah pada September lalu bahwa saat ini tidak ada hukum dan regulasi bagi para guru asing di China.
"Legislasi harus diselesaikan sesegera mungkin untuk meningkatkan standar dan metode untuk pengangkatan guru asing, serta status hukum, hak dan kewajiban mereka," kata Zhang.Kemampuan bahasa Inggris penting untuk masa depan
Belajar Bahasa Inggris menjadi semakin penting di Asia selama beberapa dekade terakhir.
Lembaga kursus bahasa internasional, Education First (EF), mengungkapkan dalam Indeks Kemampuan Bahasa Inggris mereka bahwa Asia memiliki populasi berbahasa Inggris non-pribumi tertinggi kedua, kedua setelah Eropa. Photo: Lynette Kim (ujung kiri), direktur TESOL Australia, mengatakan, banyal sekolah asing ingin âwajah buleâ. (Supplied: Lynette Kim)
Laporan tahun 2017 lembaga itu -berdasarkan data uji dari lebih dari 1 juta peserta -juga menemukan bahwa tingkat kemahiran bahasa Inggris orang dewasa secara langsung berkorelasi dengan peringkat negara dalam Indeks Pembangunan Manusia PBB, yang mengukur standar kehidupan dan pertumbuhan ekonomi di antara pencapaian lainnya.
Pembangunan ekonomi menawarkan insentif dan sumber daya baru untuk belajar bahasa Inggris, sebut laporan itu.
Anya mengatakan, orang tua Asia melihat belajar bahasa Inggris sebagai jalur utama menuju karier yang sukses.
Di China, orang tua ingin anak-anak mereka fasih berbahasa Inggris, katanya, dan mampu berbicara "layaknya orang asing".
"[Orangtua] ingin keterampilan itu sudah berkembang sebelum mereka masuk ke pendidikan menengah." Photo: Banyak orang tua Asia belajar bahasa Inggris sebagai kunci untuk karir yang sukses. (Flickr: Susana Fernandez)
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiduri Remaja Asal Sydney, Pria AS Dipenjara 35 Tahun