Sejumlah wisatawan backpacker kembali mengungkapkan pengalaman buruk mereka ketika berkerja sambil berwisata selama satu tahun di Australia.

Dari pantai-pantai di Bondi, New South Wales (NSW) hingga ke Australia Tengah di Kawasan teritori Utara, setiap tahun puluhan ribu backpacker muda melakukan perjalanan ke Australia untuk bekerja dan berwisata selama satu tahun.

BACA JUGA: Gambar Satelit Menunjukkan Dampak Tsunami di Palu

Tetapi perjalanan itu tidak selalu menjadi hari libur yang sangat indah dan layak untuk diunggah ke media sosial sebagaimana mestinya seperti yang telah mereka rencanakan.

Ketika seorang backpacker asal Skotlandia, Kerri Gray diusir dari rumah tinggal bagi wisatawan backpacker di Mildura, barat laut Victoria pada bulan Agustus, ia merekam dan mengunggah kejadian itu di akun Facebook miliknya.

BACA JUGA: Belasan Guru di Queensland Dilarang Mengajar Karena Bahaya Bagi Murid

"Singkirkan barang-barang anda dan keluar dari sini kamu wanita jalang, keluarkan sekarang juga," usir seorang pekerja asrama yang terlihat berteriak padanya.

Asrama yang dilaporkan tidak menanggapi permintaan untuk memberikan komentar mengenai kejadian itu.

BACA JUGA: Kembar Siam dari Bhutan Akan Dipisahkan di Melbourne

Video: A Scottish backpacker is kicked out of a Mildura hostel (Indonesian)

'Rumah kotor dan petani yang sangat kotor'

Enam bulan setelah liburannya, seorang wisatawan backpacker asal Perancis, Ludmilla Cek mengunggah iklan online yang mencari pekerjaan di pertanian.

Dia menerima sebuah jawaban dari seorang petani yang terdengar menjanjikan.

"Lokasi pertanian itu berlokasi empat jam perjalanan berkendara dari Brisbane, di kawasan antah berantah," katanya pada program 7.30.

"Ketika saya tiba, saya menemukan sebuah rumah yang sangat kotor dengan seorang petani yang sangat kotor.

"Saya mandi di malam hari, dan dia datang ke kamar mandi ketika saya sedang mandi.

"Dia mengetuk pintu dan saya berkata, 'Aku sedang mandi, jangan masuk', tapi dia tetap masuk."

Ludmilla Cek mengatakan bahwa petani itu memang tidak melihat atau menyentuhnya, tetapi dia sangat ketakutan.

"Saya sangat takut padanya. Saya mengunggah di Facebook untuk menanyakan apakah ada yang tahu tentang pertanian itu, atau apa pun tentangnya dan saya mendengar banyak hal buruk," katanya.

"Saya mendengar tentang seorang gadis yang pernah bekerja disana selama empat hari sebelum saya yang menjadi korban kekerasan seksual.

"Dia mencoba melepas bra-nya, dia mencoba meletakkan tangannya di celananya."

Perempuan itu tidur dengan pisau di bawah bantalnya dan menelepon polisi keesokan harinya untuk membantunya melarikan diri dari properti terpencil tersebut.

Dia tidak pernah membuat pengaduan resmi, karena tidak ada serangan yang pernah terjadi.

Petani itu menolak berkomentar. Photo: Turis backpacker asal Perancis Ludmilla Cek mendapat pengalaman buruk saat bekerja di ladang pertanian di pedalaman Queensland. (Supplied: Ludilla Cek)

'Ulah beberapa petani merugikan semua orang'

Untuk bisa tetap berada di Australia di tahun kedua, turis backpacker perlu melakukan 88 hari kerja baik di sektor pertanian, konstruksi ataupun pertambangan.

Ludmilla menyerah pada hari ke-88-nya, tetapi pada tahun keuangan terakhir hampir 33.000 backpacker berhasil menyelesaikan ketentuan itu dan diberi visa tahun kedua.

Sebagian besar, yakni sebanyak 94 persen, bekerja di pertanian dan kelompok industri Growcom mengakui ada beberapa masalah.

"Kami memiliki banyak contoh di mana para backpacker dan para petani memiliki hubungan yang bagus," kata ketua kelompok itu, Rachel Mackenzie.

"Sayangnya ada beberapa petani yang merusak keadaan untuk semua orang.

"Tenaga kerja kami memiliki kecenderungan menjadi rentan karena bersifat musiman, jangka pendek dan santai."

Sebuah penyelidikan yang dilakukan senat tahun lalu mendapati dugaan kondisi "eksploitasi" dan "perbudakan" bagi para backpacker di Australia.

Temuan ini menyerukan dilakukan peninjauan mendesak terhadap program 88-hari itu.

Rachel Mackenzie mengatakan bagian dari masalah tersebut adalah bahwa sementara petani membutuhkan tenaga kerja musiman, backpacker mungkin bukan yang terbaik.

"Kami memiliki sejumlah besar orang yang tidak ingin bekerja di pertanian yang merasa dipaksa untuk bekerja di bidang pertanian," katanya.

"Mereka mengambil pekerjaan apa saja yang tersedia dan tidak melakukan tugas dan kewajiban mereka sepenuhnya dan menurut saya beberapa dari mereka bahkan tidak tahu tentang apa yang sebenarnya mereka sukai dari bekerja di pertanian.

"Sejauh ini kebijakan bekerja selama 88 hari memang sangat pas bagi para turis backpackers dan kami juga tidak ingin ketentuan itu dihapuskan tapi saya kira kita perlu mencari solusi jangka panjang."

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Korban Gempa-Tsunami Palu Mulai Dikuburkan Massal

Berita Terkait