Turki Menginvasi Suriah, Erdogan Salahkan Dunia

Selasa, 15 Oktober 2019 – 16:43 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: AFP

jpnn.com, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sama sekali tidak merasa bersalah karena memerintahkan invasi militer ke Suriah yang telah menyababkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Menurutnya, sikap masyarakat internasional sendiri yang memaksa Turki mengambil langkah tersebut.

Di dalam satu artikel yang ia kirim ke The Wall Street Journal, Erdogan mengatakan bahwa Turki adalah negara yang paling menderita akibat meletusnya perang saudara di Suriah pada 2011. Sebagai tetangga Suriah, Turki dipaksa menangani jutaan pengungsi konflik tersebut.

BACA JUGA: Turki Menginvasi Suriah, Rezim Assad Sebut Erdogan Pemimpin Munafik

Erdogan mengaku sudah berkali-kali memperingatkan masyarakat internasional mengenai ketidakmampuan Turki mengurus 3,6 juta pengungsi Suriah. Namun, dunia hanya diam.

"Pemerintah saya menyimpulkan masyarakat internasional takkan bertindak, jadi kami harus mengembangkan rencana terkait Suriah utara," kata Erdogan.

BACA JUGA: Panas, Erdogan Perintahkan Operasi Militer Besar-besaran di Suriah

"Tanpa opsi guna menangani krisis pengungsi, masyarakat internasional mesti bergabung dalam upaya kami atau mulai menerima pengungsi," tambah dia.

Turki menyerbu wilayah Suriah bagian utara pada Rabu (9/10) dengan alasan ingin membentuk zona aman untuk pengungsi di sana. Namun, masyarakat internasional meyakini pengungsi hanya jadi kamuflase bagi alasan sebenarnya, yakni menghabisi milisi Kurdi.

BACA JUGA: Erdogan Tega Mempermainkan Pengungsi Suriah demi Tekan Eropa

Seperti diketahui, Turki sudah sekitar 30 tahun memerangi kelompok Kurdi yang menginginkan kemerdekaan. Ankara telah berhasil melakukan ini di dalam negeri. Sekarang mereka ingin mengeliminasi kekuatan Kurdi di Suriah bagian utara.

Namun, Erdogan kembali berkilah soal motif ini. Dia menyatakan, Turki tak memiliki masalah dengan etnik atau kelompok agama apa pun di Suriah.

"Dari perspektif kami, semua warga Republik Arab Suriah, yang bukan anggota kelompok teroris, adalah sama. Secara khusus, kami menyamakan PKK dengan suku Kurdi Suriah," tulis Erdogan.

Presiden tersebut juga mengatakan Ankara akan menjamin bahwa tak ada anggota ISIS yang dipenjarakan di wilayah tersebut bisa bebas. Dia menyampaikan kesediaan Turki untuk bekerja sama dengan negara-negara lain dan organisasi internasional mengenai rehabilitasi anak-anak dan pasangan petempur asing.

Di dalam artikel itu, Erdogan juga mengecam beberapa negara Eropa karena kegagalan mereka untuk menghentikan arus kombatan asing ke Suriah pada 2014 dan 2015.

"Barangkali pemerintah di negara tertentu Eropa, yang takkan saya sebutkan namanya, ingin menjelaskan kepada dunia bagaimana seorang warga negaranya dapat naik pesawat ke Istanbul pada 2014 dengan membawa amunisi di barang bawaannya yang sudah diperiksa," tulis Erdogan.

"Begitu juga, Prancis telah menghalangi penjualan senjata ke Turki, tapi mengapa negara tersebut mengabaikan peringatan yang berulangkali telah kami sampaikan mengenai serangan teror yang bakal terjadi?" dia menambahkan.

Dalam jawaban terhadap kecaman Liga Arab mengenai operasi Turki, Erdogan mengatakan pernyataan tersebut tidak mencerminkan perasaan dan pandangan sesungguhnya masyarakat Arab. "Liga Arab tak memiliki keabsahan. Karena mereka sangat tidak senang dengan upaya Turki untuk menyatukan kembali pengungsi Suriah dengan tanah leluhur mereka, berapa banyak korban perang yang telah mereka terima?" tutup pemimpin Partai AK itu. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler