Turki Sesumbar Jadi Jembatan Negara Islam

Jumat, 15 April 2016 – 19:18 WIB
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - ISTANBUL –  Pemerintah Turki ingin menjadikan konferensi tingkat tinggi OKI ke-13 untuk menjembatani perbedaan di negara-negara Islam. Saat ini, terdapat sekitar 1,7 miliar muslim di dunia.

Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan, agaknya, ingin menunjukkan pengaruhnya terhadap negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim. Turki dahulu adalah pusat pemerintahan Kerajaan Ottoman. Para sultan Ottoman memimpin penduduk muslim mulai Balkan hingga wilayah Arab selama berabad-abad.

BACA JUGA: HEBOH! ISIS Penggal Kepala Komandan Militernya Sendiri

“Konflik perang saudara mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa. Sektarian memecah belah umat. Kami berharap, KTT ini akan membangun jalan untuk menyembuhkan beberapa luka tersebut,’’ ujar Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu sebelum pembukaan KTT.

Namun, tentu saja sangat sulit bagi Turki untuk mewujudkan keinginan tersebut. Sebab, saat ini banyak negara yang didominasi penduduk muslim justru tengah berkonflik.

BACA JUGA: Kejutan, Partai Berkuasa di Korea ini Kalah

Mulai Syria, Iraq, hingga Yaman. Dua orang kuat yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah Raja Salman dari Arab Saudi dan Presiden Iran Hassan Rouhani. Dua pemimpin negara itu selalu berada di sisi yang berseberangan dalam konflik di Syria maupun Yaman.

Hubungan Turki sendiri dengan Mesir dan Jordania juga tidak begitu baik. Sejak mantan Presiden Mesir Mohamed Morsi digulingkan pada 2013, Kairo dan Ankara tidak lagi dekat.

BACA JUGA: Ckckck, Harga Berlian Kembar ini Fantastis

Turki dan Jordania juga berseberangan pendapat soal konflik di Syria. Mungkin karena alasan tersebut, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Abdullah dari Jordania tidak hadir dalam KTT OKI kali ini.

Turki sendiri secara tidak langsung menunjukkan di pihak mana berdiri. Itu terlihat dari cara Erdogan menyambut kedatangan Raja Salman. Erdogan sendiri ke Bandara Esenboga untuk menyambut Salman di landasan begitu turun dari pesawat.

Salman yang datang Rabu lalu (13/4) mendapat penyambutan tertinggi dari Turki. Deretan mobil mewah hitam sudah menunggu Salman di landasan untuk membawanya ke hotel mewah di dekat Selat Bosphorus. Sejak Salman naik takhta, hubungan Saudi dan Turki memang kian dekat. Terlebih keduanya juga satu suara terkait dengan konflik di Syria. Yaitu, setuju jika Presiden Syria Bashar al-Assad harus lengser.

“Kedekatan dengan Saudi ini memiliki risiko karena Turki bisa dipandang oleh orang -orang di Timur Tengah bahwa Ankara adalah negara yang lebih sektarian,” ujar Direktur Program Penelitian Turki di Washington Istitute Soner Cagaptay. (AFP/JT/sha/c4/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hahahaa...Rusia Anggap AS Lebay


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler