jpnn.com, CANBERRA - Partai Liberal mengulang sejarahnya sendiri kemarin, Jumat (24/8). Malcolm Turnbull harus merelakan jabatan perdana menteri (PM) kepada rekan separtainya, Scott Morrison. Prosesnya sama dengan yang terjadi pada 2016 saat dia mendepak Tony Abbott dari kursi PM. Dalam satu dekade terakhir, Australia genap enam kali ganti PM.
Di Australia, PM tidak ditentukan lewat pemilu, tetapi oleh partai yang berkuasa di pemerintahan. Maka, saat dukungan partai melemah, seorang PM bisa dengan mudah lengser. "Saya akan meninggalkan parlemen dalam waktu dekat," ujar Turnbull dalam jumpa pers pasca kekalahannya dalam voting dukungan partai kemarin.
BACA JUGA: Jokowi Apresiasi Kerja Sama Maritim Indonesia-Australia
Al Jazeera melaporkan bahwa lengsernya Turnbull bakal memicu pemilu sela di Australia. Sebab, pemerintahan Turnbull bukanlah pemerintahan tunggal. Bukan hanya Partai Liberal yang menjadi pilar pemerintahan sekarang. Ada partai lain yang ikut mendukung sebagai koalisi. Yakni, Partai Nasional. Karena itu, untuk menyolidkan pemerintahan, Australia harus menggelar pemilu secepatnya.
Namun, Scott Morrison, sang PM baru, tidak berniat menggelar pemilu sela. Dia memilih untuk menunggu sampai Mei. Pemilu Australia memang dijadwalkan berlangsung pada Mei mendatang.
BACA JUGA: Pak Jokowi dan PM Turnbull Sempat Bahas soal Anak dan Cucu
Dalam pidato perdananya sebagai kepala pemerintahan Australia yang baru, Morrison menegaskan bahwa prioritas Australia saat ini adalah kekeringan. Bukan pemilu. Dia berjanji mengatasi kekeringan berkepanjangan yang membuat masyarakat menderita.
Selain itu, Morrison bersumpah untuk menyatukan partainya kembali. Di bawah pemerintahan Turnbull, Liberal terbelah. Sebagian mendukung Turnbull, sebagian lagi berseberangan. Itu terjadi setelah Turnbull meluncurkan paket kebijakan lingkungan yang terlalu idealis. Akibatnya, popularitas Turnbull terus menurun. Ujung-ujungnya, dia digulingkan teman-teman separtainya lewat voting internal.
BACA JUGA: Temui Jokowi, Mendagri Australia Titip Undangan Turnbull
"Suatu kehormatan bisa menjadi pemimpin negara yang luar biasa ini. Saya cinta Australia. Saya cinta penduduk Australia," tegas Morrison setelah inaugurasinya kemarin. Dia menyebut kabinetnya akan siap pekan depan.
Sebelum jatuh ke tangan Morrison, jabatan PM diperebutkan tiga orang. Morrison bersaing dengan Menlu Julie Bishop dan Peter Dutton (mantan menteri dalam negeri). Bishop tak lolos ke tahap final. Dia ditolak dalam seleksi tahap pertama. Persaingan pun meruncing antara Dutton dan Morrison.
Hasil pemungutan suara berpihak pada Morrison. Dia unggul lima suara atas Dutton. Morrison mengantongi 45 dukungan dan Dutton 40 dukungan. Pada hari yang sama, Morrison pun langsung dinobatkan sebagai PM baru.
Dalam persaingan kemarin, Turnbull memang memilih untuk tidak terlibat. Dia hanya menyaksikan persaingan tiga rekannya. Setelah Morrison terpilih jadi PM, Turnbull memberikan sinyal bahwa dirinya akan hengkang dari dunia politik.
Profesor ilmu politik di Flinders University Haydon Manning mengapresiasi positif hasil rapat internal Liberal. Dia menyambut baik kemenangan Morrison. Dia yakin PM anyar itu akan menjadi jembatan bagi golongan konservatif dan moderat.
"Dia bisa menyembuhkan luka yang mengancam pecahnya koalisi di tubuh pemerintahan," ujar Manning sebagaimana dilansir Reuters. (sha/c17/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KTT IORA Hasilkan Jakarta Concord, Inilah Isinya
Redaktur & Reporter : Adil