Tutup IHSG, Jokowi Ajak Investor Hadapi Risiko sebagai Kans

Jumat, 29 Desember 2017 – 23:23 WIB
Presiden Joko Widodo saat menutup IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jumat (29/12). Foto: Biro Pers Setpres

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyebut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSA) 6.355,65 pada hari terakhir bursa 2017, Jumat (29/13) di luar perkiraannya. Sebab, awalnya banyak yang meragukan IHSG bisa tembus angka 6.000.

Berbicara pada penutupan IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) sore tadi, Jokowi -panggilan beken Presiden Joko Widodo- mengatakan, sebelumnya banyak yang memperkirakan perekonomian tanah air pada 2017 akan merosot. Pemicunya antara lain kenaikan suku bunga acuan oleh Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS).

BACA JUGA: Jokowi Tutup Bursa Saham dengan Rekor Membanggakan

Selain itu, ada faktor lain berupa stimulus fiskal besar-besaran oleh Presiden AS Donald Trump sehingga arus modal akan berbondong-bondong lari kembali ke Negeri Paman Sam.

Tak cukup sampai di situ, kekhawatiran akan merosotnya ekonomi Indonesia juga karena naiknya sentimen proteksionisme di seluruh dunia mengenai risiko akan terjadinya perang dagang. Apalagi di sejumlah negara di Eropa yang kuat secara perekonomian seperti Belanda, Prancis dan Jerman pada 2017 ini juga menggelar pemilihan umum dan tokoh-tokoh garis keras diperkirakan akan memenanginya.

BACA JUGA: Ini Permintaan Ikatan Keluarga Minang Buat Presiden Jokowi

Namun, lanjut Presiden Jokowi, yang terjadi justru sebaliknya. Misalnya. nilai tukar USD melemah sepanjang 2017, bahkan sudah kembali di bawah titik saat kemenangan Donald Trump pada Pemilu AS tahun lalu.

"Arus modal ke negara-negara berkembang termasuk ke Indonesia, mencapai sebuah rekor. Yang terpilih di Eropa malah pemimpin yang sudah ada terpilih kembali. Bahkan di Prancis, yang terpilih adalah tokoh reformis, Presiden Emmanuel Macron," kata Jokowi di hadapan para investor BEI.

BACA JUGA: Jokowi Lunasi Janji ke Pedagang Pasar di Pontianak

Lebih lanjut Jokowi mengatakan, ekspor negara-negara berkembang, khususnya di Asia malah melonjak. Menurutnya, 2017 adalah tahun di mana laju pertumbuhan perdagangan dunia kembali di atas laju pertumbuhan ekonomi dunia. 

"Ekspor Indonesia tahun ini naik double-digit sekitar 15-17 persen. Investasi internasional ke Indonesia tahun ini juga naik double-digit sekitar 13-14 persen. Sovereign rating Indonesia mendapat upgrade, bukan satu tapi dua (lembaga rating, red),” sebutnya.

Upgrade pertama dari Standard & Poor's (S&P) yang menaikkan sovereign credit rating Indonesia. Sedangkan yang kedua dari
Fitch Ratings yang menempatkan Indonesia sebagai negara layak investasi dari BBB- menjadi BBB. 

Jokowi menambahkan, seandainya ketakutan-ketakutan pada awal 2017 yang dilontarkan para analis diikuti para investor dengan melepas semua saham, maka kondisi perekonomian Indonesia akan buruk. "Kita hanya pegang cash, berapa keuntungan yang hilang? Berapa keuntungan kita yang gagal?" ujarnya menyesalkan.

Presiden pun menyebut kenaikan IHSG selama tahun 2017 hampir mencapai 20 persen sebagai angka yang tidak kecil.  "Jadi kalau kita jual semua saham kita di awal tahun supaya aman memegang cash, ya itulah keuntungan yang gagal kita dapat," tukas dia.

Karena itu, Jokowi berharap agar semua pihak tidak perlu lagi menanggapi kabar-kabar yang mengkhawatirkan dan menjadikan bangsa ini pesimistis. Sebab, katanya, momentum yang bagus harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.

"Kesimpulannya apa, yang penting adalah jangan takut. Risiko selalu ada, tapi justru itu peluangnya," pungkasnya.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi: BBM Satu Harga Bentuk Keadilan untuk Rakyat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler