jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemenag Nizar Ali menyebutkan terdapat 370 calon cendekiawan muslim yang telah adu nalar dan pikir pada Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat nasional.
Ada juga 36 calon peneliti muslim yang telah mencurahkan segenap pengetahuan ke dalam hasil penelitian aplikatif pada Myres.
BACA JUGA: KSM Dibuka, Menag Yaqut Pamer Keunggulan Madrasah, Melebihi Sekolah Umum
"Yang hadir di sini adalah harapan, bintang terang dan betul-betul generasi emas yang diharapkan Indonesia di masa depan," ungkap Nizar Ali pada penutupan KSM tingkat nasional dan Madrasah Young Researchers Super Camp 2022 di Jakarta, Kamis (13/10).
Nizar lantas sedikit mengulas sejarah dua orang kiai besar yang dikenal dengan sebutan 'Paku Jakarta'.
BACA JUGA: 4 Siswa Cahaya Rancamaya Raih Medali Kompetisi Sains Madrasah 2021, Keren!
Pertama, guru Mansyur yang lahir pada 1878. Menjadi seorang ilmuwan di masa penjajahan Belanda bukanlah hal mudah.
Namun, itu tak menyurutkan semangat Mansyur muda untuk menuntut ilmu, hingga ke Mekah al Mukaramah
BACA JUGA: Puan: Segera Salurkan Bantuan Pendidikan Bagi Siswa Madrasah
Menurutnya, tercatat 19 karya yang telah dihasilkan guru Mansyur di antaranya Kaifiyatul amal ijtima, khusuf wal kusuf, Tajkirotun nafi'ah fisihati'amalissaun wal fitr, Jadwal faraid serta Al lu'lu ulmankhum fi khulasoh mabahist sittah ulum.
Adapun tokoh kedua, yaitu guru Mughni. Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qais, hidup di antara tahun 1860-1935.
Guru Mughni disebut sebagai salah satu dari 13 ulama Betawi generasi kelima yang hidup pada era penjajahan Belanda.
Sama seperti guru Mansyur, guru Mughni pun belajar di Mekah. Guru Mughni dikenal sebagai ulama yang sangat toleran, inklusif dan menghargai budaya lokal.
"Inilah yang menjadi alasan mengapa persentuhan Islam dengan budaya Betawi berjalan mulus tanpa menimbulkan konflik," jelasnya.
Selama hidupnya, guru Mughni menghasilkan dua buah karya, di antaranya adalah Taudhih al-Dala’il fi Tarjamati Hadist al-Symil dan Naqlah Min ‘Ibarat al-Ulama Nasihat Mawa ’izah li Awlad al- Zamdn Fi Adab Qird ’at Al-Qur’an wa Ta ‘limih.
"Dari dua tokoh tersebut bisa belajar bagaimana keilmuan yang tinggi, menjadikan seseorang bijak, inklusif, dan toleran," tutur Nizar.
Dia pun berpesan kepada seluruh peserta KSM 2022 dan Myres agar kelak dapat menjadi cendekiawan yang santun dan panutan.
Bila saat ini gemar bermain sosial media, maka sebarkan konten-konten yang membuat tentram dan bukan menimbulkan perpecahan.
"Kehadiran kalian harus bisa membawa kedamaian, bukan kegalauan. Ingat, harus sat.. set.. sat.. set !! Bukan untuk urusan cinta saja, tetapi juga cita. Bergeraklah, untuk menjadi kebanggaan bangsa," kata Nizar.
Dalam kesempatan itu diumumkan juga para pemenang oleh panitia. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad