Twitter telah mengumumkan bahwa pihaknya akan mendirikan ‘Dewan Kepercayaan & Keamanan’ untuk berurusan dengan pelecehan dan bullying di dunia maya yang muncul pada media sosial ini.
Manajemen perusahaan mengatakan, dewan tersebut terdiri dari 40 organisasi di seluruh dunia, empat di antaranya berbasis di Australia.
BACA JUGA: Doreen Simmons, Perempuan 83 Tahun yang Jadi Komentator Sumo 2 Dekade
Lebih dari setahun yang lalu bahwa mantan CEO Twitter, Dick Costolo, menghadapi salah satu masalah terbesar yang dihadapi perusahaan media sosial.
Menanggapi pertanyaan karyawan tentang bullying dan kekerasan online, yang marak terjadi pada platform ini, Dick Costolo membuat pengakuan yang jujur.
BACA JUGA: Dua Turis Backpackers Asing Diculik dan Perkosa di Taman Nasional Coorong Adelaide
"Kami payah berurusan dengan penyalahgunaan dan kekerasan di platform ini dan kami payah selama bertahun-tahun. Kami kehilangan pengguna inti demi pengguna inti dengan tak menangani isu-isu kekerasan sederhana yang mereka hadapi setiap hari,” ungkapnya.
Ia menambahkan, "Saya terus terang malu atas seberapa buruknya kami berurusan dengan masalah ini selama masa jabatan saya sebagai CEO. Ini tak masuk akal. Tak ada alasan untuk itu. Saya bertanggung jawab penuh."
BACA JUGA: Kembali Dari Luar Negeri, Perempuan Hamil Asal Queensland Positif Virus Zika
Satu tahun sesudahnya dan perusahaan ini tampaknya telah mengambil langkah lain dalam upaya untuk menyingkirkan penyalahgunaan dan kekerasan.
Rosie Thomas adalah salah satu pendiri dan CEO dari sebuah organisasi Australia yang bernama ‘Project Rockit’, salah satu anggota perdana ‘Dewan Kepercayaan & Keamanan’ Twitter.
"Ini memberi kami sedikit struktur atas keahlian yang kami pinjamkan di sekitar isu-isu keselamatan cyber dan kebencian secara online hanya untuk membuat platform ini lebih aman bagi semua penggunanya," terangnya.
Rosie mengaku, ia sangat bersemangat untuk terlibat.
"Apa yang ingin kami buat ketika itu menyangkut media sosial bukan hanya tentang dunia yang aman. Sebuah dunia yang aman adalah kondisi minimal yang mutlak," sebutnya.
Ia mengutarakan, "Kami benar-benar ingin Project Rockit terlibat sehingga kami bisa menciptakan dunia digital yang benar-benar kita semua banggakan dan membentang jauh melampaui keamanan."
Ia mengatakan, masalah terbesar yang dihadapi Twitter bersifat budaya.
"Cara kita melihatnya, isu bullying di dunia maya misalnya, benar-benar merupakan masalah sosial yang berperan dalam wajah teknologi," pendapatnya.
Perlahan munculkan fitur baru laporkan ‘tweet’ kekerasan
Twitter adalah layanan di mana anonimitas dan kebebasan berbicara bisa menimbulkan ekspresi manusia yang luar biasa, tetapi juga bisa memiliki sisi gelap.
Para perempuan seringkali diancam akan diperkosa, akun anonim bisa mengirim gambar anak-anak mati atau porno dalam percakapan, dan intimidasi serta pelecehan adalah hal umum.
Selama tahun lalu, Twitter perlahan-lahan memperkenalkan fitur baru, termasuk sarana yang lebih baik untuk melaporkan tweet ofensif.
"Ada banyak kebencian online dan ada banyak akun seperti itu ada di Twitter, dan saya pikir, kami yang di Proyek Rockit, hampir tiap bulan kami menerima pembaruan berbeda dari Twitter yang terus-menerus menguji fitur teknologi baru untuk mencoba dan melacak orang-orang ini,” utara Rosie.
"Dan lihat, itu adalah pertempuran yang sangat meningkat. Ini benar-benar sulit karena ada begitu banyak akun berbeda di luar sana yang muncul," sambungnya.
Ia mengatakan, dirinya berharap agar munculnya ‘Dewan Kepercayaan & Keamanan’ akan membuat Twitter menjadi layanan yang lebih baik.
"Kami tahu mereka benar-benar kewalahan dan berkata, 'kami butuh bantuan. Kami mengakui bahwa kami tak memiliki semua jawaban,” akunya.
Ia menuturkan, "Kami melakukan yang terbaik yang kami bisa tapi kami benar-benar berkomitmen untuk menciptakan sebuah platform yang lebih aman."
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sabu Kristal 27 Kg Senilai Rp 660 M Disita Dari Kamar Hotel Perth