SURABAYA - Kuartal pertama tahun ini uang beredar di Jatim berkurang. Itu terlihat dari jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di wilayah Jatim secara kumulatif menunjukkan posisi net inflow.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah IV Jatim, Hamid Ponco Wibowo menyebut angka net inflow pada periode laporan tercatat sebesar Rp 7,83 triliun. Penyebabnya peningkatan inflow yang cukup tinggi yaitu dari sebesar Rp 9,99 triliun pada kuartal IV/2012 menjadi Rp 15,99 triliun pada kuartal I/2013 atau mencapai 60 persen.
Di lain sisi, terjadi penurunan outflow 29,27 persen dari Rp 11,53 triliun pada kuartal akhir tahun lalu menjadi Rp 8,16 triliun pada 2013. "Momen hari libur natal dan tahun baru menyebabkan transaksi ekonomi masyarakat yang menggunakan uang kartal meningkat pada akhir tahun. Karena sudah tidak ada lagi momen penting, arus uang kartal menjadi terbalik. Peningkatan inflow tinggi," papar Hamid.
Net inflow dapat diartikan bahwa jumlah aliran uang yang masuk ke BI dari perbankan (inflow) lebih besar, dibandingkan dengan jumlah aliran uang yang keluar dari otoritas moneter kepada perbankan (outflow).
Dampak tingginya inflow, BI mencatat jumlah uang tidak layak edar (uang rusak) yang dimusnahkan di Jatim sangat tinggi. Tercatat Rp 1,67 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar 89,46 persen apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 882,95 miliar.
Menurut Hamid salah satu upaya yang dilakukan BI dalam memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan adalah dengan memusnahkan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Secara keseluruhan, tren perkembangan jumlah nominal angka PTTB di Jatim masih menunjukkan penurunan.
"Tren penurunan tersebut terkait dengan upaya BI yang terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal," ujarnya.(dio)
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah IV Jatim, Hamid Ponco Wibowo menyebut angka net inflow pada periode laporan tercatat sebesar Rp 7,83 triliun. Penyebabnya peningkatan inflow yang cukup tinggi yaitu dari sebesar Rp 9,99 triliun pada kuartal IV/2012 menjadi Rp 15,99 triliun pada kuartal I/2013 atau mencapai 60 persen.
Di lain sisi, terjadi penurunan outflow 29,27 persen dari Rp 11,53 triliun pada kuartal akhir tahun lalu menjadi Rp 8,16 triliun pada 2013. "Momen hari libur natal dan tahun baru menyebabkan transaksi ekonomi masyarakat yang menggunakan uang kartal meningkat pada akhir tahun. Karena sudah tidak ada lagi momen penting, arus uang kartal menjadi terbalik. Peningkatan inflow tinggi," papar Hamid.
Net inflow dapat diartikan bahwa jumlah aliran uang yang masuk ke BI dari perbankan (inflow) lebih besar, dibandingkan dengan jumlah aliran uang yang keluar dari otoritas moneter kepada perbankan (outflow).
Dampak tingginya inflow, BI mencatat jumlah uang tidak layak edar (uang rusak) yang dimusnahkan di Jatim sangat tinggi. Tercatat Rp 1,67 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar 89,46 persen apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 882,95 miliar.
Menurut Hamid salah satu upaya yang dilakukan BI dalam memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan adalah dengan memusnahkan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Secara keseluruhan, tren perkembangan jumlah nominal angka PTTB di Jatim masih menunjukkan penurunan.
"Tren penurunan tersebut terkait dengan upaya BI yang terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal," ujarnya.(dio)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Akses Jalan Masih Jadi Persoalan PDT
Redaktur : Tim Redaksi