jpnn.com - SUNGGUMINASA - Rencana pernikahan nyaris berujung maut di Kampung Belaka, Desa Taeng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selata, Senin (12/8) malam. Keluarga calon pengantin perempuan, Irma enggan menerima kedatangan rombongan calon pengantin pria, Jamal.
Penyebabnya, uang mahar yang disebut di masyarakat "uang panai" sebesar Rp 50 juta sesuai kesepakatan sebelumnya, ternyata kurang Rp15 juta. Keluarga pengantin pria hanya membawa Rp35 juta.
Kejadian tersebut mulanya tidak diterima keluarga Dg Nojeng, orang tua pengantin perempuan. Mereka beranggapan, pengantin pria sengaja membuat malu keluarga pengantin perempuan.
Beruntung, di antara keluarga Dg Nojeng, masih ada yang berpikiran rasional hingga tetap berusaha tenang. Belakangan, terungkap kalau sebenarnya uang panai telah cukup sebesar Rp50 juta. Namun orang yang bertugas membawa uang, Dg Rewa telah berbuat lancang dengan meminjamkan sebagian kepada orang lain tanpa memberitahukan kepada keluarga pengantin pria.
Bahkan, hingga rombongan pengantin pria bergerak dari Kampung Kaluku, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, menuju rumah pengantin perempuan, pembawa uang tetap belum menyampaikan kalau uang panai kurang Rp 15 juta.
Lima mobil rombongan pengantin pria tetap meneruskan perjalanan ke rumah pengantin perempuan sebelum pukul 14.00 wita sesuai kesepakatan waktu akad nikah. Awalnya, komunikasi dengan Dg Rewa tetap lancar.
Persoalan muncul setelah Dg Rewa tidak bisa dihubungi lagi. Telepon selulernya tidak aktif. Rombongan pengantin pria juga tidak dapat berbuat banyak. Rombongan pengantin pria yang datang menggunakan lima mobil, tidak seorang pun sanggup menutupi kekurangan Rp 15 juta. Ketegangan sempat terjadi, namun kontak fisik bisa terhindarkan.
Keluarga pengantin perempuan juga mulai memaklumi kondisi rombongan pengantin pria. Dg Rewa juga tidak muncul di rumah pengantin perempuan.
Di pihak lain, sebagian keluarga pengantin perempuan mulai emosi hingga ada yang mencoba menghajar pengantin pria. Beruntung, emosi keluarga pengantin perempuan bisa dikendalikan.
"Hampir saja terjadi pertumpahan darah. Andaikan Dg Rewa muncul, saya pastikan keadaannya akan lain," ujar keluarga pengantin perempuan, Syarifuddin di rumah Dg Nojeng, Selasa 13 Agustus sore.
Syarifuddin menyebutkan, dalam persoalan tersebut, pengantin pria dan rombongannya tidak bisa dipersalahkan. Yang patut disesalkan, ulah pembawa uang tersebut. Dia dianggap terlalu lancang menggunakan uang untuk kepentingan lain.
Padahal, uang panai Rp 50 juta pengantin pria sudah cukup. Dialog "panas" berlangsung hingga pukul 22.00 wita. Beberapa personel Polisi Militer Kodam VII Wirabuana juga telah datang ke rumah pengantin perempuan.
Terakhir disepakati, akad nikah ditunda hingga 21 Agustus mendatang. Kekurangan uang panai Rp 15 juta dianggap selesai menyusul adanya kesanggupan keluarga pengantin pria untuk menalanginya. Meski demikian pengantin pria yang oknum anggota TNI bertugas di Solo, Jawa Tengah tetap dibawa ke Denpom Makassar menjalani pemeriksaan lebih lanjut. (zs/pap)
BACA JUGA: Kelompok Pemuda Saling Serang, TNI-Polisi Disiagakan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jadi Beban, Pendatang Ilegal Segera Dipulangkan
Redaktur : Tim Redaksi