Uang Masuk Ke Jawa Naik 42 Persen

Dana Keluar Dari Surabaya Terbanyak

Selasa, 21 Agustus 2012 – 19:08 WIB
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi di dalam negeri, secara tidak langsung berdampak terhadap performa"inflow"(aliran uang masuk) di masing-masing daerah di tanah air. Salah satunya, semakin tinggi inflow suatu daerah, maka semakin tinggi pula daerah tersebut dapat menyediakan kebutuhan yang digunakan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi, misalnya saja bahan baku dan barang modal industri.

Berdasarkan data Bank Indonesia, mayoritas wilayah di Jawa masih merupakan wilayah dengan karakteristik"net inflow. Pada periode Januari hingga Juli 2012, BI mencatatkan aliran uang masuk ke Jawa mencapai Rp 128 triliun. Angka tersebut meningkat 41,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau 2011 sebesar Rp 90,27 triliun. Capaian inflow di wilayah Jawa juga terus meningkat signifikan dibandingkan periode Januari hingga Juli 2010 yang sebesar Rp 67,4 triliun.

Jika dibandingkan dengan aliran uang keluar (outflow), wilayah Jawa tergolong rendah dibandingkan inflow. Tercatat, pada periode Januari hingga Juli 2012, outflow Jawa hanya sebesar Rp 122,78 triliun. Angka tersebut selisih Rp 5,22 triliun dibandingkan arus masuk pada periode yang sama. Namun demikian, performa outlow Jawa juga tercatat terus tumbuh dibandingkan 2011 dan 2010, yang masing-masing sebesar Rp 75,87 triliun dan Rp 49,67 triliun."

Kepala Divisi Penelitian dan Peredaran Uang Bank Indonesia Ery Setiawan mengatakan, wilayah di Jawa yang menjadi net inflow terbesar masih wilayah Jakarta, dengan nilai sebesar Rp 40,32 triliun. Namun, Jakarta juga menjadi daerah dengan outflow tertinggi sebesar Rp 67,49 triliun. Berbanding terbalik dengan wilayah lainnya di Jawa yang mencatatkan arus uang keluar lebih sedikit dibandingkan arus uang masuk."

Misalnya saja Jawa Timur. Saat ini, inflow Jatim sebesar Rp 26,56 triliun rupiah, berbanding terbalik dengan outflow Jatim yang sebesar Rp 23,61 triliun. "Wilayah dengan arus uang keluar terbesar masih Jakarta, kemudian Jatim, Jateng, dan Jabar," ungkapnya.

Ery menjelaskan, tingginya kegiatan produksi di suatu daerah bisa dilihat dari berapa besar belanja bahan baku atau barang setengah jadi, termasuk material bangunan dan bahan baku industri. Sehingga, bukan berarti jika uang keluar dari suatu daerah lebih besar, maka industri tidak berjalan. "Industri tetap membutuhkan bahan baku yang mungkin tidak bisa didapatkan di daerah tersebut. Misalnya saja Surabaya merupakan kota dengan outflow paling tinggi yakni Rp 11,93 triliun. Mungkin uang tersebut keluar karena untuk membeli bahan baku industri," jelasnya.

Ery   melanjutkan, saat ini Surabaya juga tengah berupaya menyeimbangkan inflownya, yang kini tercatat sebesar Rp 13,78 triliun. (gal/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dodol Betawi di Kota Bekasi Diserbu Pemudik

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler