Uang Palsu Marak Beredar Jelang Ramadan

Minggu, 07 Juli 2013 – 10:36 WIB
Waspadai uang palsu yang marak beredar jelang ramadan. Foto: Dok/JPNN
MAKASSAR - Peredaran uang palsu memiliki siklus tahunan. Menurut pakar ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas), Sulawesi Selatan,  Syarkawi Rauf, jelang Ramadan  peredaran uang palsu marak terjadi.

"Menjelang Ramadan kebutuhan orang untuk bertransaksi tinggi. Sehingga uang pecahan makin banyak. Nah, hal ini yang dimanfaatkan oknum tertentu secara sengaja mengedarkan uang palsu. Diperlukan pengawasan yang ketat. Domain tugasnya ada di BI (Bank Indonesia, red)," sebut Syarkawi seperti yang dilansir FAJAR (JPNN Group), Minggu (7/7).

Oleh sebab itu, menurut Syarkawi, sejatinya masyarakat harus diberikan pemahaman cara membedakan uang palsu dan asli melalui kampanye diraba, diterawang, dilihat terus digalakkan.

"Tidak hanya melalui iklan media elektronik, tapi langsung ke pusat transaksi seperti pasar," ujar Syarkawi.

Deputi Direktur KPw Wilayah I Sulampapua, Gusti Raizal Eka P secara terpisah kepada FAJAR, mengatakan khusus di Makassar tercatat sebanyak 2.049 lembar uang palsu beredar pada tahun 2012.

"Untuk triwulan pertama 2013, tercatat sebanyak 473 lembar uang palsu ditemukan beredar di masyarakat," ungkap Gusti.

Temuan itu terdiri dari 168 lembar uang pecahan Rp100.000, 296 lembar uang pecahan Rp50.000, 8 lembar uang pecahan Rp20.000 dan 1 lembar uang pecahan Rp10.000.

"Untuk mencegah peredaran uang palsu ini BI secara rutin selalu melakukan sosialisasi pengenalan ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat luas. Mulai dari pelajar, mahasiswa, kasir bank dan non bank, serta pihak-pihak terkait lainnya," ujar Gusti.

Peredaran uang palsu harus dicegah, sebab hal itu akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi menurut Syarkawi. Menurutnya, bila uang palsu makin banyak, maka kepercayaan terhadap penggunaan rupiah makin menurun.

"Pada akhirnya orang tidak akan bertransaksi dengan menggunakan rupiah, ini akan mengakibatkan likuiditas rupiah makin susah. Pertumbuhan ekonomi akan melambat. Sebab masyarakat kita belum terbiasa bertransaksi tanpa  menggunakan uang tunai," urai Syarkawi. (rhd)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gubernur Akui Produksi Ikan Sumbar Belum Optimal

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler