Obama langsung memotong omongan Romney, yang mendapat giliran pertama bicara. Dia ganti menyudutkan kandidat Partai Republik itu dengan menegaskan, "Apa yang disampaikan Gubernur Romney itu tidak benar.
Adegan seperti itu terjadi berkali-kali sepanjang 90 menit debat yang berformat ala town hall (melibatkan 82 undecided voter yang merupakan warga sipil dari kalangan nonmedia. Mereka dipilih lembaga survei Gallup) itu. Obama, tampaknya, benar-benar belajar dari kesalahannya yang terlalu pasif dalam debat pertama pada 3 Oktober lalu di Denver.
Politikus Partai Demokrat yang berusia 51 tahun itu tampil agresif dan trengginas di debat kedua yang dimoderatori Candy Crowley dari CNN tersebut. Kerap, tanpa menunggu giliran bicara, dia memotong, menyanggah, dan ganti menembakkan "peluru" yang telah disiapkannya ke lawannya yang berumur 65 tahun tersebut.
Kutipan di awal tulisan ini adalah salah satu contoh bentuk serangan balik Obama kepada Romney. Suami Ann Romney itu dia sebut sebagai kalangan kaya yang justru akan diuntungkan oleh proposal pajak mantan gubernur Massachusetts tersebut.
Serunya, seperti dilansir Washington Post, Romney yang memenangi debat pertama itu juga berusaha meladeni agresivitas sang incumbent tersebut. Jadilah debat kedua yang berfokus pada masalah imigrasi, hak-hak perempuan, kontrol senjata, dan kebijakan luar negeri itu tak ubahnya "ring tinju," beda sekali dengan debat pertama yang cenderung seperti "seminar".
Juga, Obama-lah yang akhirnya memetik buah keberaniannya untuk mengubah gaya berdebat. Berbagai hasil jajak pendapat yang dilansir seusai debat yang melibatkan tanya-jawab dengan 82 undecided voter sebagai audiens tersebut menempatkannya sebagai pemenang.
Polling oleh CNN/ORC International, misalnya, memperlihatkan bahwa 46 responden memilih pria yang pernah menghabiskan sebagian masa kecilnya di Jakarta itu sebagai pemenang, dibandingkan 39 persen yang memihak Romney. Kemenangan itu jelas sangat melegakan kubu Demokrat. Sebab, buntut kekalahan di debat pertama lalu, posisi Obama di "klasemen sementara" "yang sebelumnya leading di berbagai polling" sempat didekati Romney, bahkan nyaris seri.
Kini Obama masih bisa mempertahankan keunggulan atas Romney. Survei ABC News/Washington Post, contohnya, menunjukkan bahwa pria berdarah Kenya tersebut unggul 3 persen (49 persen berbanding 46 persen) atas Romney, sama dengan hasil polling Gallup.
Kemenangan Obama terutama terjadi berkat keberhasilannya mengelaborasi titik-titik lemah Romney. Misalnya, blunder ucapan Romney bahwa 47 persen warga AS tak mau membayar pajak penghasilan dan bergantung kepada pemerintah.
"Saya percaya Gubernur Romney adalah pria baik, mencintai keluarga, dan religius. Tapi, saya minta Anda juga mengingat siapa yang dimaksudkannya dengan 47 persen warga negara ini, yang disebutnya menolak tanggung jawab pribadi," ujar Obama seperti dikutip New York Times.
Ucapan itu sebenarnya disampaikan Romney tidak di depan publik, tapi kemudian bocor. Yang mengherankan, Obama tak menggunakan hal itu sebagai peluru untuk menyerang Romney di debat pertama.
Romney juga berusaha keras menjauhkan diri dari citra konservatif ala George W. Bush, presiden terakhir dari Republik yang dikenal sangat konservatif, boros anggaran untuk perang, dan memiliki kebijakan yang hanya menguntungkan korporasi besar. "Saya akan menyeimbangkan anggaran, menekan Tiongkok, dan lebih berfokus ke usaha kecil," katanya.
Namun, Obama justru menyebut ayah lima anak itu lebih ekstrem daripada Bush. "George Bush tidak pernah mengusulkan mengubah Medicare (asuransi kesehatan, Red) menjadi voucher. George Bush juga tak pernah mengampanyekan agar kita menghapus dana keluarga berencana. Jadi, memang ada perbedaan antara Gubernur Romney dan George Bush, tapi bukan pada kebijakan ekonomi," ucap Obama.
Perdebatan paling sengit terjadi saat dua kandidat itu membahas serangan 11 September ke pos diplomatik AS di Benghazi. Bahkan, keduanya sempat berdiri berdekatan, seolah-olah hendak berduel. Romney menyebut Gedung Putih memberikan informasi yang salah kepada publik, namun Obama bersikeras bahwa pemerintahannya telah merespons kejadian itu dengan baik.
Romney terlihat sangat percaya diri kalau menyoroti rekam jejak ekonomi pemerintahan Obama yang disebutnya telah gagal mengurangi defisit dan kemiskinan serta menciptakan lapangan pekerjaan baru. "Kelas menengah semakin tertekan akibat kebijakan presiden yang tak mengerti bagaimana caranya membuat perekonomian bergairah lagi," ujarnya.
Sebaliknya, Obama bisa leluasa menyerang Romney yang antiaborsi dalam hal hak-hak perempuan. "Gubernur Romney, sepertinya, nyaman membiarkan para politikus di Washington menentukan pilihan-pilihan mengenai masalah kesehatan yang harus diputuskan oleh kaum perempuan," ujar Obama seperti dikutip Washington Post.
Debat model town hall itu biasanya cukup berpengaruh kepada kalangan pemilih, terutama swing voter. Pada 1992, misalnya, popularitas incumbent George Bush (ayah George W. Bush) merosot gara-gara dia tepergok menengok jam di sela debat saat sang rival, Bill Clinton, justru tengah bersemangat menyampaikan ide-ide kampanyenya. Bush pun akhirnya harus menyerahkan kursi kepresidenan kepada lawannya dari Demokrat itu.
Debat ketiga atau terakhir antara Obama dan Romney akan berlangsung Senin mendatang (22/10) dan membahas tema sentral kebijakan luar negeri. Sedangkan hari pemilihan jatuh pada 6 November mendatang. (c11/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Pelesir, Presiden Mauritania Tertembak
Redaktur : Tim Redaksi