Ubah Kebiasaan Anak, Cegah Diabetes

Sabtu, 12 Juli 2014 – 02:55 WIB

jpnn.com - SURABAYA – Sayang anak justru tidak bisa diterapkan dengan ’’mencekoki’’ buah hati dengan aneka penganan dan jajanan. Salah-salah, anak justru bisa rawan terkena diabetes pada usia dini.

Itu diungkapkan Dr Hans Tendra SpPD KEMD PhD. Spesialis penyakit dalam dan pakar diabetes tersebut mengungkapkan bahwa diabetes pada usia dini kian meningkat. Yang marak adalah diabetes melitus tipe 2. ’’Pada tipe itu, kemampuan pankreas baik. Tapi, kualitas insulin menurun,’’ katanya.

BACA JUGA: Tumbuhkan Rasa Percaya Diri Sejak DIni

Padahal, insulin adalah kunci untuk mengatur masuknya glukosa ke dalam sel tubuh. Hormon yang dihasilkan pankreas itu juga menjaga metabolisme glukosa agar tetap normal. Namun, insulin yang buruk tidak bisa menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Glukosa yang tinggi memang terdapat dalam aneka jajan. Misalnya, kue, roti, dan berbagai jenis es. Tapi, salah kalau orang mengira bahwa hanya jajan jenis tersebut yang berbahaya. Sebab, makanan berkabohidrat juga mengandung gula. Oleh tubuh, karbohidrat itu justru akan dipecah menjadi glukosa.

BACA JUGA: Kurang Minum Timbun Batu

Karena itu, anggapan bahwa hanya makanan manis yang bisa mencetuskan diabetes keliru. Bila anak dibiarkan melahap makanan karbohidrat terus-menerus, insulin sulit menurunkan kadar glukosa.

Itu dialami seorang anak warga Kutisari. Usianya baru dua tahun. Tapi, beratnya sudah 15 kilogram. Dia gemar menyantap mi instan, tapi tidak doyan sayur.

BACA JUGA: Terlalu Semangat Ngupil Berbahaya

Bila makanan itu tidak dituruti, sang anak bakalmenangis. Kasihan melihat buah hatinya merajuk, si ibu pun menuruti permintaan tersebut. Menurut Hans, hal itu malah membikin tubuh si anak makin besar dan memicu diabetes. ”Sekitar 90 persen anak pasien diabetes bertubuh gemuk dan obesitas,” jelasnya.

Hans yang berdinas di National Hospitals Surabaya menegaskan, orang tua sering membiarkan anak makan sebelum tidur malam. ”Seharusnya, malam nggak boleh makan. Sebab, glukosa akan menumpuk dalam tubuh,” jelas Hans.

Namun, kenyataan itu susah dihindari. Ada kalanya tanpa sadar orang tua melakukan hal serupa. Dia mencontohkan pasien anak yang ditanganinya punya ritual keluarga yang keliru.

Orang tua sering mengajak anaknya jalan-jalan ke mal dan membelikan aneka makanan manis, tinggi karbohidrat, serta rendah serat. Tidak hanya itu, mereka juga tak lupa membawa oleh-oleh dari mal seperti roti untuk dimakan sebagai camilan saat nonton TV.

Hal-hal sederhana tersebut memang tampak tidak berbahaya. Namun, itu bisa menjadi bumerang yang membuat si buah hati menderita. Untuk itu, kata Hans, dirinya sering menganjurkan orang tua pasien untuk sering mengajak buah hati berolahraga dan stop makan bila hendak tidur.

Namun, yang terpenting, orang tua harus ikut mempraktikkan kebiasaan baik itu. ”Nggak bisa kita hanya nyuruh anak. Orang tua wajib ikut biar jadi contoh bagi buah hati,” sarannya. (bir/c6/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Tanda Anak yang Kemungkinan Idap Autisme


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler