jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ujang Komarudin mengatakan, polling Pilpres 2019 yang dilakukan Iwan Fals belum bisa dijadikan basis untuk menentukan pemenang pesta demokrasi lima tahunan itu.
Karena itu, hasil polling Iwan Fals lewat Twitter yang memenangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno beberapa waktu lalu, masih masuk kategori perkiraan umum. Tak bisa dijadikan sebagai rujukan.
BACA JUGA: Jokowi-Maruf Jadi Korban Survei Pilpres 2019
"Apalagi polling lewat media sosial itu berbeda dengan survei. Metode yang digunakan tidak jelas. Demikian juga dengan respondennya, itu kan semua harus jelas," ujar Ujang kepada JPNN, Selasa (14/8).
Pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia ini mengingatkan, polling dapat disebut sebagai alat politik, jika tak disertai mekanisme yang jelas.
BACA JUGA: Isu Mahar Politik Bisa Menggerus Keterpilihan Prabowo-Sandi
Hal ini tentu tidak baik karena dapat membingungkan masyarakat, mana yang berbasis ilmu, mana yang hanya perkiraan semata.
"Ingat, polling hanya akan digunakan sebagai alat untuk menekan psikologis lawan via medsos jika tak disertai mekanisme yang jelas," katanya.
BACA JUGA: Jokowi â Maruf Lebih Mahal dibanding Prabowo - Sandiaga
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini berharap ke depan semua pihak lebih bijak dalam mempublikasikan sesuatu.
Paling tidak, jika itu terkait polling penting dipastikan mengikuti tata cara berbasis ilmiah dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
BACA JUGA: Polling Pilpres 2019: Bukti Jari Pendukung Prabowo Lincah
"Bisa saja polling Twitter Iwan Fals yang memenangkan Prabowo-Sandi dibalas dengan polling dari medsos lain yang memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin," katanya.
Iwan Fals diketahui melakukan polling Pilpres 2019 lewat akun Twitter-nya beberapa hari lalu. Hasilnya, 68 persen voter menjagokan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Sementara yang menjagokan Jokowi-Ma'ruf Amin hanya 27 persen dari total 50.216 voter. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Isu Apa yang Bisa Gerus Elektabilitas Jokowi â Maâruf?
Redaktur & Reporter : Ken Girsang