Ujaran Kebencian Marak Jelang Pilkada, Ini Saran Budiman Sudjatmiko

Jumat, 14 Agustus 2020 – 08:32 WIB
Budiman Sudjatmiko. Foto: dok. JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko mengatakan, isu ujaran kebencian dan keagamaan tengah marak jelang Pilkada yang akan digelar serentak pada 9 Desember mendatang.

Menurutnya, dua perkara tersebut seolah menjadi ‘senjata ampuh’ sebagai alat pemenangan para peserta pesta demokrasi daerah.

BACA JUGA: Ada Kans Besar bagi PDIP Juarai Pilkada Serentak 2020, Begini Analisisnya

Dia pun meminta agar masyarakat belajar dari Pilgub DKI atau Pilkada Poso yang diwarnai kasus konflik agama.

“Jika kita tidak mengambil pelajaran dari pemilihan kepala daerah sebelum-sebelumnya, saya kira kasus seperti ini akan terus terjadi lagi,” ujar Budiman Sudjatmiko saat berbicara dalam diskusi online bertajuk 'Pilkada Tanpa Ujaran Kebencian dan Isu Agama Lebih Oke' di Jakarta, Kamis (13/8).

BACA JUGA: PDIP Paling Siap Tempur di Pilkada 2020, Para Calon Kepala Daerah Berpeluang Menang Besar

Selain itu, Budiman juga memprediksi aktivitas penggunaan media sosial (medsos) di Pilkada 2020 akan meningkat pesat dan dikhawatirkan isu SARA dan ujaran kebencian makin nyaring.

"Parpol memang tidak akan terang-terangan memforsir isu kebencian atau agama, tetapi ada simpatisan yang jumlahnya masif memainkan isu itu," ujar anggota DPR dari FDIP ini.

BACA JUGA: Budiman Sudjatmiko Mengenang Masa-Masa Ajaran Soekarno Dilarang di Indonesia

Terlebih, Pilkada yang masih dalam suasana pandemi Covid-19 akan sangat memungkinkan 'serangan udara' dilakukan melalui medsos yang dibumbui isu-isu keagamaan maupun ujaran kebencian.

Aktivis 98 ini mengingatkan masyarakat agar mengambil pelajaran dari pilkada-pilkada sebelumnya agar perpecahan antar anak bangsa tidak terulang lagi akibat perhelatan politik.

Sementara itu, Direktur Eksekutif LIMA, Ray Rangkuti yang juga jadi pembicara di diskusi ini menyebut, politik identitas juga bisa jadi ancaman dalam pelaksanaan Pilkada 2020.

"Soal ujaran kebencian atau politik identitas belum terumuskan dengan baik. Belum ada aturan yang jelas," ujar Ray.

Ia mencontohkan kasus Jerinx SID yang jadi tersangka karena unggahannya dianggap mencemarkan nama baik Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 

"Jangan sampai pengungkapan sesuatu hal yang buruk dari kandidat menjadi sandungan," pungkas Ray. (jlo/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler