Seorang dokter anak di Perth yang mengkhususkan diri dalam masalah perilaku mengatakan Ia melihat sebuah "epidemi kecemasan" dikalangan anak-anak usia sekolah dasar yang menurutnya berhubungan dengan pengujian secara terus menerus.Dr Elizabeth Green mengatakan tes atau ujian rutin yang dimulai pada usia dini dan dilanjutkan dengan Program Penilaian Nasional - Literasi dan Berhitung (NAPLAN) yang menyebabkan stres yang tidak diperlukan kepada anak-anak. "Dalam beberapa minggu terakhir, setiap anak yang saya temui di tahun kelima, tujuh dan sembilan mengatakan mereka khawatir dan takut tentang NAPLAN," kata Dr Green. "Mereka menakuti kegagalan tidak lulus ... bahwa mereka akan mengalami kegagalan dan tidak mendapatkan pekerjaan. "Ini pengujian dan tidak mendidik anak-anak kita."
Dr Green mengatakan kecemasan adalah masalah kesehatan masyarakat besar berikutnya yang dihadapi Australia. 

Dia mengatakan kecemasan dapat terwujud dalam bentuk sikap sangat pendiam atau menarik diri pada anak, atau mereka bersikap terungkap keluar dalam bentuk ketakutan dan menjadi marah pada orang tua mereka, teman maupun guru-guru mereka.

BACA JUGA: Politisi Partai Buruh Ini Akan Jadi Perempuan Aborijin Pertama di DPR Australia

"Tapi kekhawatiran terbesar dalah mereka menyerah," katanya.

"Mereka melepaskan diri dari sekolah dan Saya melihat seluruh kelompok anak-anak selama beberapa tahun terakhir yang tidak bersekolah dan tidak akan menyelesaikan sekolah."

BACA JUGA: Ribuan Domba Lapar Wakili Aspirasi Petani Protes Eksplorasi Gas

"Itu menjadi perhatian bagi para pendidik, orang tua dan sebagian besar bagi anak-anak mereka sendiri." Keprihatinan ini diakui sejumlah warga. "Putri Saya cerdas dan bahagia, tapi Ia sangat gugup menghadapi NAPLAN," kata Megan via SMS. 

"Kami tidak pernah menyebutkan itu, sekolah tidak menekan anak-anak tapi meski demikian anak-anak sangat cerdas dan mereka tahu ketika mereka sedang diuji."

BACA JUGA: Pekan Orientasi Bagi Mahasiswa Baru di Australia Bebas Ospek

Dr Green mengatakan banyak orang tua dari pasiennya sekarang juga mempertanyakan nilai dari pekerjaan rumah.

"Kebanyakan orang tua mengatakan kepada saya, "saya menyerah, saya tidak menekan anak saya, saya tidak ingin ada Pekerjaan Rumah, saya tidak ingin anak saya tertekan dan Saya hanya ingin mereka bahagia,' katanya.

Dr Green mengatakan dia menentukan berapa banyak Pekerjaan yang dilakukan anak saya setiap malam.

"Jika anak saya kelelahan, saya tidak akan memaksa mereka duduk berjam-jam untuk mengerjakan tugas," katanya.

Tapi Dr Green menyarankan orang tua harus menghormati guru anak-anaknya di sekolah, perhatikan PR yang diberikan guru dan kerjakan hanya yang masuk akal.

"Guru akan memahami. tidak mungkin anak berusia 10 tahun yang harus melakukan pekerjaan selama satu jam di malam," katanya.

Banyak warga yang mengakui PR dari sekolah saat ini sudah melewati batas, namun sebagian juga menganggap PR merupakan bentuk tantangan yang baik bagi anak untuk memasuki sekolah menengah.

"Pekerjaan rumah menghancurkan malam keluarga. Tidak ada yang ingin pulang ke rumah untuk mengerjakan PR? Kami berharap banyak dari anak-anak kami yang masih dalam masa pertumbuhan dan PR ini menghancurkan antusias mereka terhadap sekolah," katanya.

"Saat ini kita menghadapi kondisi seluruh masyarakat kita tidak mampu menemukan keseimbangan kehidupan dengan kerja dan kita bertanya-tanya mengapa ketika kita sedang berinvestasi pada anak-anak kita tapi mereka tidak hanya harus bekerja di sekolah, tetapi kemudian harus membawa pulang juga pekerjaan mereka, "kata warga bernama, Jason."Ini tidak sehat dan tidak diragukan lagi menjadi penyebab masyarakat harus bekerja lembur," tambahnya.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Wanita Setengah Baya Meninggal di Kolam Renang Karena Tidak Bisa Berenang

Berita Terkait