Ukraina Serukan Misi Perdamaian lewat Budaya di Indonesia

Jumat, 22 Maret 2024 – 17:07 WIB
Perdamaian antara Ukraina dengan Rusia hingga kini masih diusahakan berbagai pihak. Hal ini dibahas dalam diskusi publik FPCI. Foto dok. FPCI

jpnn.com, JAKARTA - Perdamaian antara Ukraina dengan Rusia hingga kini masih diusahakan berbagai pihak. Salah satunya melalui upaya menggalang dukungan ke berbagai negara melalui misi budaya termasuk di Indonesia.

Hal ini terlihat dalam kegiatan diskusi yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bertajuk "Updates on the Ukrainian 10-Point Peace Plan and Ukraine's Engagement with the Global South."

BACA JUGA: Mengeklaim Paling Tulus, China Tuduh Amerika Eksploitasi Konflik Ukraina

Kegiatan ini diharapkan menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan untuk mengetahui perkembangan terbaru seputar Rencana Perdamaian 10-Poin Ukraina dan hubungannya yang semakin erat dengan Global Selatan. 

“Invasi ini tidak boleh dialami oleh siapa pun,” kata Kepala Departemen Hubungan Internasional dan Direktur Sekolah Analisis Kebijakan, Universitas Nasional Kiev-Mohyla Maksym Yakovlyev pada Diskusi Publik FPCI baru-baru ini. 

BACA JUGA: Kecam Saran Paus, Ukraina Ungkit Sejarah Persekutuan Vatikan-Nazi

Dampak dari perang ini sangat dirasakan oleh masyarakat Ukraina, apalagi makin banyak hoaks yang berkembang di masyarakat, salah satunya Indonesia. Misalnya, banyak media yang mengatakan Ukraina didukung barat. 

"Faktanya kami fokus pada membela negara kami. Banyak orang yang memutuskan untuk menjadi sukarelawan di militer Ukraina, komunitas kemanusiaan, dan lain sebagainya," tambahnya.

Sementara itu, Kepala Departemen Crimea Platform di Misi Presiden Ukraina di Republik Otonom Crimea,Maria Tomak mengatakan, sejak Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengumumkan formula perdamaian kepada para pemimpin negara-negara Group of Seven (G7) pada 11 Oktober 2022, yang kemudian dikenal sebagai Rencana Perdamaian 10-Poin, Ukraina selalu berupaya mendapatkan dukungan internasional.

"Perang ini tidak boleh terjadi di negara mana pun di dunia," imbuhnya.

Karenanya, rencana perdamaian ini perlu digencarkan dan mendapat dukungan penuh dari berbagai negara, salah satunya Indonesia. Rencana perdamaian ini memberikan peluang bagi Ukraina untuk membantu mengatasi situasi krisis, mengurangi jumlah tentaranya di garis depan, dan membebaskan tahanan. 

“Negosiasi antara Rusia dan Ukraina untuk menghentikan perang sebenarnya hanya ingin agar Ukraina tidak ada," tuturnya.

Maria Tomak menekankan keterlibatan Ukraina dengan Global Selatan menjadi krusial karena berbagai proposal perdamaian telah muncul di wilayah ini. Hal ini menekankan pentingnya upaya Ukraina untuk mendapatkan dukungan internasional bagi inisiatif perdamaian mereka.

“Salah satu inisiatif yang diperjuangkan saat ini adalah memperluas kerja sama berbagai negara dengan menggunakan alat diplomasi budayanya,” pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Ukraina   Budaya   perdamaian   perang  

Terpopuler