Para ilmuwan mengatakan, cincin planet terbesar dalam tata surya ternyata jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Sebuah studi baru, yang dilaporkan dalam jurnal ‘Nature’, menemukan bahwa cincin terluar planet Saturnus hampir 300 kali ukuran planet tempat ia mengorbit.
BACA JUGA: Kerang Raksasa dari Darwin yang Diekspor ke AS Dihargai Rp 100 Ribu/Cm
"Tak ada yang memperkirakan cincin planet menjadi besar ini. Buku-buku teks semua mengatakan bahwa cincin ini kecil, dan terletak dekat dengan planet mereka,” kata penulis utama, Profesor Douglas Hamilton dari Universitas Maryland.
Pengamatan pada 2009 tak bisa menentukan ukuran partikel dalam cincin, tapi gambar terbaru yang lebih rinci menunjukkan, ia terdiri dari partikel-partikel debu dan sebagian besar sangat kecil.
BACA JUGA: Resiko Banjir di Australia Meningkat Karena Cuaca Makin Hangat
Cincin terbesar Saturnus awalnya ditemukan oleh Hamilton dan rekannya pada tahun 2009, dan diberi nama seperti satelit Saturnus ‘Phoebe’, yang merupakan sumber partikel pembentuk cincin.
Dalam studi sebelumnya, cincin itu terdeteksi dalam jarak 128 dan 207 jari-jari Saturnus, tetapi pengukuran terbaru yang menggunakan pesawat luar angkasa WISE milik NASA memberikan peneliti gambar yang lebih baik dan membuat ukurannya menjadi lebih besar 30%.
BACA JUGA: Belajar di Australia: Menemukan Kenyamanan di Negara Baru
"Sebelum kami tahu [cincin Phoebe] itu besar, tapi kami tak tahu persis seberapa besar, dan sekarang kami memiliki jawaban itu." kata Hamilton.
Ukuran partikel
Para peneliti melihat ukuran partikel dalam cincin terluar Saturnus, memberi wawasan baru bagaimana cincin itu terbentuk.
Bongkahan es berukuran milimeter hingga sentimeter di ekor komet yang lewat terus membombardir ‘Phoebe’, menghasilkan aliran puing-puing konstan, yang membentuk cincin raksasa.
Pengamatan pada 2009 tak bisa menentukan ukuran partikel dalam cincin, tapi gambar terbaru yang lebih rinci menunjukkan, ia terdiri dari partikel-partikel debu dan sebagian besar sangat kecil.
Hamilton dan rekannya bekerja di luar ukuran partikel cincin dengan memeriksa bagaimana kecerahan cincin berubah ketika pesawat luar angkasa bergerak di atasnya.
Para peneliti mengatakan, Batu besar, seukuran bola sepak bola, hanya membentuk sekitar 10% atau kurang dari total komposisi cincin.
"Kami tak benar-benar mengharapkan yang terkecil menjadi dominan," kata Hamilton.
Ia menyebut, partikel yang lebih besar bertabrakan untuk membentuk partikel yang lebih kecil, dan partikel-partikel yang lebih kecil akhirnya kalah karena interaksi dengan sinar matahari.
Namun, karena cincin begitu besar, partikel individu tak bertabrakan sangat sering, jadi ini berarti cincin bisa menjadi sangat tua, kata Hamilton.
"Sebagian besar dari partikel-partikel ini bisa berlangsung selama jutaan hingga miliaran tahun karena ada begitu banyak ruang dan begitu sedikit partikel, dan mereka bergerak begitu lambat sehingga tingkat tabrakan sangat lambat," jelasnya.
Bulan berwajah dua
Ketika partikel kecil hilang dari cincin Phoebe, mereka bergerak ke dalam ke arah Saturnus sampai mereka menyeberangi orbit satelit tetangga, Lapetus.
"Lapetus adalah bulan yang tak seperti benda lainnya di tata surya, ia berwarna hitam di satu sisi dan putih di sisi lain karena cincin Phoebe ini," kata Hamilton.
Sama seperti bulan-nya Bumi, di mana wajah yang sama selalu menghadap ke Bumi, Lapetus mengorbit di Saturnus dengan wajah yang selalu sama di orbitnya. Wajah depan menjadi hitam oleh butir debu hitam dari cincin Phoebe, yang mencolok selama orbitnya.
"Itu benar-benar menyebabkan kami mencari cincin luar ini, di tempat pertama," kata Hamilton.
Cincin Saturnus lainnya
Cincin utama Saturnus yang terkenal terdiri dari bongkahan es yang berukuran se-rumah hingga yang paling kecil, partikel berukuran milimeter. Partikel dalam cincin ini sangat padat dan terus-menerus bertabrakan satu sama lain dengan skala waktu dari menit ke jam.
Di luar cincin utama Saturnus adalah cincin E yang dihasilkan oleh geyser, yang meletus dari celah di kutub selatan bulan Enceladus.
Geyser ini menyemprotkan air ke ruang angkasa yang cepat membeku dan menjadi butiran es yang sangat halus, yang tetap berada di orbit selama sekitar seratus tahun sampai mereka tersapu kembali oleh Enceladus.
"Akhirnya kami pergi keluar cincin Phoebe yang merupakan rezim yang sama sekali berbeda, di mana sebagian besar partikel debu sungguh halus, meskipun tak sekecil partikel dalam cincin E," kata Hamilton.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Isyaratkan Peran Lebih Besar Hadapi ISIS