“Jangan mengandai-andai. Kalau yang terjadi di sana (Libya) kemudian bakal terjadi di sini (Indonesia). Belum tentu juga,” kata Suryadharma Ali kepada wartawan, di gedung parlemen, di Jakarta, Kamis (13/9).
Menteri yang lebih dikenal dengan inisial SDA itu menegaskan, Muslim di Indonesia dan Libya memiliki latar belakang yang berbeda. Menurutnya, kebencian warga Libya terhadap AS membuat aksi anarkis yak terbendung.
“Di Indonesia kan tidak ada kebencian pada suatu bangsa tertentu. Jadi ini harus dipisahkan juga,” ungkapnya.
Ia yakin, masyarakat Indonesia sudah sangat dewasa menyikapi permasalahan seperti itu. Apakah SDA yakin kejadian itu tidak akan terjadi di Indonesia? “Saya bukan Tuhan. Jangan bilang saya yakin,” kilahnya.
Seperti diketahui, aksi protes menentang film ”Innocence of Muslims” di Benghazi, Libya Selasa, (11/9) berujung bentrokan. Akibat bentrokan itu, Dubes AS untuk Libya, John Christopher Stevens beserta tiga stafnya tewas.
Saat kejadian, Christopher berencana mengungsi ke lokasi yang lebih aman dengan menggunakan mobil. Namun pada saat yang sama, para demonstran bersenjata berhasil mengepung mereka. “Duta besar Amerika dan tiga anggota staf tewas ketika pria bersenjata menembakkan roket pada mereka, ” kata pejabat di Benghazi kepada Reuters. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Persulit Orang
Redaktur : Tim Redaksi