Dalam hal pembiayaan, kini Pelatnas berani tetap mengusung 16 atlet hingga SEA Games mendatang. Artinya, para atlet yang terdegradasi tetap akan menghuni Pelatnas. Mereka akan digunakan sebagai lawan tanding bagi atlet yang bertahan di Timnas.
"Selain itu, ini juga akan menjadikan kompetisi di internal tetap sengit. Siapa yang menurun tentu harus siap-siap diganti. Kami yakin semua atlet akan menunjukkan kemampuan terbaiknya," terang Anton Suseno, pelatih kepala Timnas.
Dalam Pelatnas terdahulu, sistem yang dipakai masih mengacu pada Program Indonesia Emas (Prima). Pelatnas akan mengurangi atlet sesuai jadwal dari tim Prima. Anton mengatakan, kebijakan ini diambil demi mematangkan kemampuan para atlet.
Selain itu, pola uji coba juga mengalami perubahan. Saat ini, Timnas akan mengundang para atlet dari Tiongkok guna beruji coba dengan Yon Mardiono dkk. Di era sebelumnya, Timnas pasti bertolak ke Tiongkok jika ingin melakukan uji coba.
"Dengan kebijakan ini, kami bisa mendapatkan atlet sesuai kebutuhan. Kami bisa memilih sendiri," tambah pria yang tampil di tiga Olimpiade tersebut.
Anton berkaca pada pengalaman-pengalaman di tahun-tahun sebelumnya.
Ketika beruji coba ke Tiongkok, para atlet kerap mendapatkan lawan yang tak sesuai. Entah kualitasnya yang terlalu rendah ataupun ketinggian. Hal itu dianggap tidak efektif. Nah, dengan kebijakan saat ini, dia berharap para atlet bisa mendapatkan lawan yang memang diinginkan. Apalagi secara permainan, Tiongkok sangat mirip dengan Singapura.
"Tiongkok masih yang terkuat di dunia. Pola ini kami jalankan setelah melihat bagaimana Pelatnas dilakukan di tahun-tahun sebelumnya," tegas legenda hidup tenis meja Indonesia tersebut. (jos/mas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Taklukkan Malaysia, Indonesia Berpeluang Juara Pool B
Redaktur : Tim Redaksi