jpnn.com - jpnn.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump benar-benar membuat bingung Uni Eropa (UE).
Dalam dua kesempatan berbeda yang hanya berselang sepekan, dua orang kepercayaan sang presiden mengungkapkan pandangan yang berbeda tentang organisasi terbesar Eropa tersebut.
BACA JUGA: Ini Nih Revisi Kebijakan Trump Yang Bikin Panas Lagi
Sekutu-sekutu AS di Benua Biru pun waswas.
Dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich, Wakil Presiden (Wapres) Mike Pence kembali menegaskan komitmen AS terhadap UE.
BACA JUGA: Duh, Revisi Kebijakan Trump Malah Bikin Meksiko Ngamuk
"Kehormatan bagi saya bisa mewakili Presiden Trump untuk kembali menegaskan komitmen AS terhadap UE. Kami akan melanjutkan kerja sama dan kemitraan," kata tokoh 57 tahun itu.
Pernyataan yang sama kembali ditegaskan saat bertemu Presiden Dewan Eropa Donald Tusk.
BACA JUGA: Trump Bilang Ada Aksi Teroris di Swedia, Hot Dog Jatuh?
Pence memang tidak secara eksplisit menyatakan dukungan AS terhadap UE.
Dia hanya menyampaikan bahwa Washington tetap berpegang teguh pada komitmennya untuk menjadi mitra UE.
Dalam forum internasional di Kota Munich, Jerman, itu, dia malah secara terbuka menyatakan dukungan terhadap Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Dia menyebut NATO sebagai mitra keamanan yang penting.
Sebelumnya, Trump mengecam NATO karena dianggap tak menguntungkan.
Karena itu, sejak memenangkan pemilihan presiden (pilpres) pada November, taipan 70 tahun tersebut berancang-ancang hendak hengkang.
Kecuali, negara-negara NATO bersedia memenuhi target anggaran yang ditetapkan sesuai pendapatan per kapita.
Sejauh ini, hanya lima di antara 28 negara anggota NATO yang menyetorkan iuran sesuai komitmen.
Namun, Pence sama sekali tidak menyinggung tentang sikap Trump terhadap NATO saat berpidato di Munich.
Ketika melawat ke markas Dewan Eropa di Kota Brussels, Belgia, Wapres AS itu hanya menggarisbawahi komitmen AS terhadap UE.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan James Mattis menegaskan NATO sebagai organisasi esensial.
Jika NATO tak ada, kata dia, AS akan menciptakannya.
Keraguan Pence dan Mattis untuk mengungkapkan dukungan AS terhadap UE secara terbuka itu membuat para pemimpin Eropa bertanya-tanya.
Apalagi, sepekan sebelumnya, Stephen Bannon menyampaikan kepada Duta Besar Jerman untuk AS Peter Witting bahwa Trump cenderung akan menjalin kerja sama dengan negara-negara anggota UE.
Yakni, kerja sama G-to-G alias antarpemerintah, bukan dengan blok UE.
Dalam pertemuan singkat dengan Witting itu, Bannon menuturkan bahwa tiba saatnya bagi UE untuk berbenah.
"Meningkatkan gelombang anti-UE di Eropa adalah bukti adanya sesuatu yang salah dalam blok tersebut," ucap ajudan Trump yang merupakan mantan pimpinan Breitbart News tersebut.
Sayang, Gedung Putih tak mau menanggapi pernyataan Bannon dalam pertemuan informal dengan Witting.
"Apa yang Pence dan para pejabat Washington sampaikan itu hanyalah formalitas belaka. Hal tersebut membuat kami semakin ragu pada sikap AS. Bukan hanya terkait kebijakan mereka, melainkan juga posisi presidennya," kata salah seorang diplomat UE kepada CNN.
Dia tidak tahu harus percaya kepada perwakilan Washington yang mana. Sebab, pandangan mereka tidak sama dan cenderung terbelah.
Namun, Gedung Putih menegaskan bahwa Trump ingin dunia tahu tentang sikap AS yang tidak pro maupun anti-UE.
"Pemerintah hanya akan berfokus pada kerja sama. Kami tidak berusaha memengaruhi siapa-siapa atau terpengaruh dengan apa pun. Kami netral," ujar pejabat yang tidak menyebutkan namanya tersebut. (AFP/Reuters/CNN/foreign policy/hep/c16/any/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saya Yahudi, Tapi Saya Muslim Hari Ini
Redaktur & Reporter : Natalia