Jejak digital semakin sering menghantui penulisnya, seperti yang dialami seorang calon mahasiswa yang ditolak masuk universitas bergengsi di Amerika Serikat, Harvard University, karena ia pernah mengeluarkan pernyataan rasis di internet, dua tahun lalu. Penerimaan Siswa di Harvard
BACA JUGA: Cegah Pimpinan Berpaham Radikal, BNPT Dilibatkan Dalam Proses Seleksi Calon Pimpinan KPK
Calon mahasiswa bernama Kyle Kashuv adalah salah seorang yang selamat dari peristwa penembakan massal di Sekolah Marjory Stoneman di Parkland, Florida, bulan Februari 2018.
Namun beberapa bulan sebelum peristiwa yang menewaskan 17 murid sekolah tersebut, Kashuv membuat beberapa pernyataan bernada rasis di dunia maya dan juga mengirimkan pesan serupa lewat SMS.
BACA JUGA: CEO Boeing Akui Kesalahan Penanganan Sistem Peringatan Kokpit 737 MAX
Setelah tamat SMA, Kashuv mendaftarkan diri untuk masuk ke salah satu perguruan tinggi terkenal di AS, Harvard University. External Link: Twitter Kyle Kashuv
BACA JUGA: Pegiat Muda Demokrasi Hong Kong Joshua Wong Dibebaskan Lebih Awal
Bulan Mei lalu, Harvard menyurati Kashuv untuk bertanya mengenai pernyataan yang dibuat Kashuv sebelumnya.
Calon mahasiswa ini sudah meminta maaf atas pernyataan yang sekarang muncul lagi di internet, dan mengakuinya 'itu memang pernyataan rasis.'
Ia menjelaskan kepada staf di Harvard, bahwa pernyataan itu bersifat 'kekanak-kanakan dan menyakiti orang lain' dan dia sekarang tidak bersikap seperti itu lagi.
"Kami berusia 16 tahun ketika itu mengeluarkan pernyataan bodoh, menggunakan kata-kata yang kasar dalam usaha untuk membuat orang terkejut." katanya dalam pernyataan maaf yang dimuat di Twitter.
Namun dalam surat yang dikirim tanggal 3 Juni oleh Harvard yang ia unggah di Twitter, hari Senin (17/6/2019), Harvard memutuskan untuk membatalkan tawaran yang sebelumnya diberikan kepada Kashuv.
"Seperti anda ketahui, komite penerimaan siswa dengan serius mempertimbangkan kematangan dan sikap moral mahasiswa." tulis Harvard dalam surat tersebut.
Ketika diminta memberikan komentar, seorang staf Humas Harvard mengatakan tidak bisa memberikan komentar mengenai penerimaan mahasiswa.
"Harvard memutuskan bahwa seseorang tidak bisa lagi menjadi baik, khususnya setelah mengalami peristiwa mengerikan seperti penembakan. Ini adalah hal yang memprihatinkan." kata Kashuv lewat Twitter.
"Bila ada institusi yang mengerti mengenai perubahan, mestinya adalah Harvard, yang merupakan lembaga pendidikan bermutu walau punya sejarah buruk juga."
Sebelumnya, Kashuv menjadi pegiat kepemilikan senjata setelah insiden yang menewaskan 17 murid di sekolahnya tersebut.
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengakuan Backpacker di Australia, Ditiduri atau Diperkosa