Universitas Terbuka Kumpulkan Pakar dan Akademisi Bahas Mitigasi Bencana

Kamis, 03 Oktober 2019 – 19:22 WIB
Rektor UT Prof Ojat Darojat MBus, PhD saat membuka seminar bertajuk Peran Matematika, Sains, dan Teknologi dalam Kebencanaan. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, TANGERANG SELATAN - Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof Ojat Darojat MBus, PhD mengungkapkan, peran STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia.

Apalagi Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk wilayah rawan bencana. Bahkan beberapa negara lain memberikan predikat sebagai laboratorium bencana di dunia.

BACA JUGA: Delapan Perguruan Tinggi Ramaikan Disporseni Universitas Terbuka

"Hal inilah yang mendorong Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UT menyelenggarakan seminar nasional tahunan matematika, sains, dan teknologi. Ini untuk menumbuhkan budaya siaga terhadap bencana," kata Ojat saat memberikan sambutan dalam seminar bertajuk Peran Matematika, Sains, dan Teknologi dalam Kebencanaan di Kampus UT, Tangse, Kamis (3/10).

Dia menyebutkan, beragam dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam yang pada umumnya cukup besar nilai kerugiannya, baik aspek korban jiwa, kerusakan lingkungan, harta benda, aspek ekonomi maupun dampak psikologi.

BACA JUGA: 500 Anak SD Dapat Kacamata Gratis dari Universitas Terbuka

Kehadiran pemerintah sangat penting dalam mitigasi maupun penanganan pascabencana secara integratif agar bisa mengurangi dampak yang terjadi.

"Lewat seminar ini diharapkan bisa memfasilitasi para akademisi dan praktisi untuk berbagi pengalaman maupun pemikiran sesuai bidang keahliannya serta ajang diseminasi hasil penelitian maupun kegiatan ilmiah peserta seminar," terangnya.

Kegiatan ini, lanjutnya, didesiminasikan hasil-hasil kolaborasi antara para akademisi dengan pemda dan mitra strategis dalam mengembangkan program-program inovatif yang sejalan dengan perkembangan teknologi terbaru agar bisa mendukung mitigasi maupun pascabencana.

"Mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana dan pengurangan risiko bencana masih perlu terus ditingkatkan. Aktivitas meminimalisir risiko bencana harus dimaknai sebagai investasi pembangunan berkelanjutan secara nasional. Tanpa merujuk semua aktivitas tersebut maka dampak bencana akan senantiasa menimbulkan korban jiwa maupun kerugian ekonomi yang besar," bebernya.

Pada kesempatan tersebut Kepala BMKG Dwikora Karnawati mengungkapkan, dari sisi pendidikan dan riset, peran STEM sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan kehidupan manusia antara lain melalui mitigasi bencana. Karena yang dilakukan di BMKG adalah penerapan STEM. Baik sistem monitoring prakiraan, prediksi, dan peringatan dini tsunami, cuaca ekstrem, iklim ekstrem, dan sedang disiapkan untuk gempa bumi.

Khusus gempa bumi, lanjutnya, masih dalam proses persiapan karena lebih sulit diprediksi. Secara alamiah pun gempa bumi belum bisa diprediksi. Sampai saat ini seluruh perhitungan masih berbasis pada perhitungan matematika dan Geofisika.

"Di UT kan ada fakultas yang khusus mempelajari sains, teknologi, dan matematika. Sebagai lembaga operasional yang kami lakukan bukan lagi riset tapi sudah penerapan. Nah, pelaku pelaku riset antara lain di perguruan tinggi yang harus mempelajarinya lebih detail. Makanya kami mengapresiasi apa yang dilakukan UT menyelenggarakan seminar nasional khusus STEM," tandas Dwikora. (esy/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler