Unjuk Rasa Itu Biasa

Minggu, 20 Juli 2008 – 08:40 WIB
Rizal Ramli saat berunjukrasa di Jakarta.

Kepala BIN Syamsir Siregar pernah menyebut ada mantan menteri di balik demo rusuh 24 Juni 2008Banyak yang menduga bahwa orang yang dimaksud adalah Man-tan Menko Perekonomian Rizal Rami yang juga Ketua Umum Komi-te Indonesia Bangkit (KIB)

BACA JUGA: Jadwal Ketat, Tidur dengan Make-Up Lengkap Sudah Biasa

Setelah itu dia dicopot dari Komisaris Uta-ma PT Semen Gresik
Dalam waktu dekat dia juga akan diperiksa polisi sebagai saksi dalam kasus demo menentang kenaikan harga BBM itu.

Komentar Anda tentang pencopotan sebagai komisaris utama PT Semen Gresik?
Kami merasa bangga meninggalkan Semen Gresik

BACA JUGA: Kisah Budi Djatmiko Selamat dari Kecelakaan Maut

Sebab, pada 2007, Semen Gresik mencatat kinerja terbaik sepanjang sejarah
Pada awal bertugas, saya dan dewan komisaris yang lain langsung meminta direksi PT Semen Gresik memangkas biaya transportasi dan distribusi dari 30 persen menjadi 20 persen saja

BACA JUGA: Jangan Kasih Ampun Pengedar Narkoba

Kami juga meminta direksi membentuk task force yang khusus mencari alternatif agar biaya energi bisa dipangkas dari 44 persen menjadi di bawah 30 persenKetiga, meningkatkan kapasitas produksi lewat optimalisasi operasionalSebab, masih ada pabrik-pabrik yang beroperasi kurang dari 300 hari per tahunPadahal, di luar negeri, industri semen banyak yang beroperasi 330 hari kerja per tahun.

Anda mengatakan pemberhentian ini karena ada intervensi pemerintahDari sisi mana Anda melihat adanya intervensi tersebut?
Dari sisi kinerja Semen Gresik, tidak ada alasan untuk mengubah susunan komisaris dan direksiJadi, secara profesional, saya tidak layak dicopot dari Semen GresikMemang, Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil menyatakan, alasan pencopotan saya adalah karena langkah-langkah kami tidak searah dengan etika sebagai komisaris utamaItu alasan yang sangat naif dan mengada-adaBahkan, saya menilai Menteri BUMN telah bermain politik dan tidak profesionalTidak ada sejumput pun pelanggaran etika yang kami lakukanEtika komisaris dan direksi adalah meningkatkan kinerja dan profitabilitas BUMN.

Bagaimana Anda melihat pengelolaan BUMN pada pemerintahan sekarang?

Kami ingin memberikan penilaian secara garis besar saja mengenai pengelolaan ekonomi pada masa SBY-JK dalam kaitannya dengan BUMNMenurut hemat kami, kebijakan pemerintah sekarang filosofinya sama dengan mahasiswa kos-kosanJika uang sudah tidak mencukupi untuk menopang kehidupan, mahasiswa kos-kosan itu kan mengutang ke kanan-kiriJika tidak ada lagi yang mau memberikan utangan, ya terpaksa jual barang yang dimiliki, seperti jam tangan, sepatu, dan sebagainyaBegitu juga pemerintah, untuk membiayai APBN, mengutang ke lembaga atau negara donorJika masih belum mencukupi, ya jual-jual BUMN.

Apa tujuan dibentuknya KIB?

Kami mendeklarasikan Komite Bangkit Indonesia pada 31 Oktober 2007Selama ini, yang memperoleh manfaat dari pembangunan ekonomi hanya 20 persen lapisan atasSisanya, sebagian besar tetap bergulat dalam kemiskinanKBI menghendaki jalan baru, jalan antineokolonialisme, jalan yang lebih mandiri untuk membawa kemakmuran dan kesejahteraan mayoritas rakyatSejak semula kami menolak kenaikkan harga BBM karena waktunya sangat tidak tepatRakyat Indonesia satu tahun terakhir sudah babak belur akibat berbagai harga kebutuhan bahan pokok yang meningkatInflasi yang dihadapi rakyat besarnya rata-rata dua kali dari inflasi yang diumumkan pemerintah.

Apa Anda merasa dituding BIN sebagai penggerak demo antikenaikan harga BBM?

Tidak betul ada surat penetapan sebagai tersangkaDan, tidak ada alasan (saya dijadikan tersangka gara-gara mengkritisi pemerintah)Syamsir Siregar (Kepala BIN) teman sayaSaya tidak mau komentariTudingan seperti itu kan pola-pola otoriter, pola OrbaSaya hadir dalam aksi itu karena saya memang bersimpati dan diundang untuk kasih orasiUnjuk rasa di negara demokratis itu kan biasaMantan Presiden Fidel Ramos dan Corazon Aquino, serta Kardinal berunjuk rasa di ManilaJuga mantan Deputi PM Malaysia Anwar Ibrahim juga berunjuk rasaPemerintah mengatakan, kalau harga BBM tidak dinaikkan, anggaran negara akan bangkrutItu sebuah kebohongan publik dan menyesatkanMasalah utama kita bukan karena harga minyak mentah di dunia naikTapi, masalah produksi yang anjlok sekitar 300 ribu barel selama beberapa tahun terakhirSeandainya produksi tetap, kita malah akan senang kalau minyak mentah dunia naik karena pasti untung besar.

Mengapa pemerintah tidak mampu meningkatkan produksi minyak mentah kita?
Karena kita harus beli minyak mentah dari Timur Tengah 300 ribu barel per hari yang sulfurnya rendahMinyak itu kemudian dicampur dengan minyak IndonesiaAlasan teknis itu mengada-adaMengapa kilang minyak kita tidak dimodifikasi agar bisa memproses minyak mentah yang setara dari sanaMemang perlu biaya sedikitTapi, ini ini tidak dilakukanAlasannya, dari setiap impor minyak mentah itu ada Mr X yang menerima USD 2 dolar per barelJadi, setiap hari Mr X ini menerima USD 600 ribu dolar atau sekitar 6 miliarSiapa dia, Anda cari sendiriDia bisa bertahan begitu lama sampai sekarang pasti karena menyetor ke pusat-pusat kekuasaan.

Akhirnya pemerintah SBY-JK tetap menaikkan harga BBMMenurut Anda?
Saya ingat, pada akhir April 1998 saya bersama seorang teman diundang oleh Dr Hubert Neiss, managing director IMF untuk kawasan Asia-Pasifik di Hotel Grand HyattHubert Neiss mengatakan, IMF akan menyarankan kepada pemerintah Soeharto saat itu untuk menaikkan harga BBMDia menanyakan pendapat saya tentang usulnya itu.
Saya katakan kepada Hubert Neiss, sebagai ekonom saya dapat memahami alasan mengapa harga BBM mesti dinaikkanTapi, saya katakan timing-nya tidak tepat sama sekaliTapi, Neiss dengan sombong mengatakan, "Dr Ramli, Anda berlebihanSetiap pagi saya jogging pakai celana pendek di daerah Kebon Kacang, Tanah AbangSaya lihat orang Indonesia senyum saja." Dalam hati saya kesal mendengar jawaban Neiss ituKarena orang Indonesia walaupun dalam keadaan lapar, tidak punya kerjaan, tetap saja senyum kalau melihat bule(*/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Andai Ayin Bisa Bicara Apa Adanya...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler