Menurutnya, setiap prodi yang ada di Unsri wajib memiliki akreditasi. Jika tidak, tentunya tak bisa menamatkan (mewisuda,red) mahasiswa. “Dari 88 prodi di Unsri, yang sudah mengantongi akreditasi A mencapai 40 persen, akreditasi B mencapai 50 persen, dan akreditasi C mencapai 10 persen. Kami terus berupaya melakukan pendampingan dan pembinaan bagi setiap prodi yang ada di fakultas untuk mampu memiliki akreditasi A. Sedangkan yang sudah mencapai akreditasi A, untuk terus bertahan,” ujarnya.
Ia mengatakan, untuk memperoleh akreditasi, dilakukan penilaian institusi kinerja maupun kelengkapan data, keperluan administrasi, mendengarkan paparan, wawancara, pengolahan data yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). “Biasanya ada tim dari BAN-PT yang melakukan penilaian secara langsung,” terangnya.
Selain itu, sambungnya, Unsri juga terus memberikan pelatihan bagi prodi-prodi, memanggil narasumber, dan melakukan pendampingan supaya dari C naik ke B. Sedangkan B, naik ke A, dan yang berada di level A dapat bertahan. “Unit penjaminan mutu ini langsung berada di bawah arahan rektor dan pembantu rektor satu,” jelasnya.
Selama ini, ia mengaku, persiapan akreditasi hingga menjelang akreditasi berikutnya sangat menguras tenaga. Pasalnya, semua berkas dan data harus dikumpulkan. Bahkan terkadang, kendala inilah yang sulit dilakukan, contohnya mengumpulkan bahan dari dosen, seperti bahan ajar, buku, draf, jurnal, dan lainnya.
Mulai tahun ini, dilakukan perubahan sistem, dimana setiap prodi dilakukan pendampingan dalam menjamin mutu, yakni setiap akhir semester dilakukan pengumpulan data dan persiapan formulir oleh prodi-prodi, baik untuk persiapan akreditasi maupun untuk akreditasi berikutnya. “Upaya ini untuk meringankan dalam pengumpulan data. Sedangkan data yang terkumpul, harus dilengkapi dengan data digital,” cetusnya. (nni/ce4)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tahun Depan Kemendikbud Fokus Empat Isu
Redaktur : Tim Redaksi