Upaya Kementan Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Selama Ramadan dan Idulfitri 2021

Selasa, 13 April 2021 – 11:02 WIB
Pedagang di pasar tradisional. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen menjaga stabilitas harga bahan pokok jelang ramadan dan Idulfitri 2021.

Hal tersebut dilakukan agar masyarakat tetap khusyuk menjalankan ibadan suci Ramadan tanpa gangguan gejolak harga.

BACA JUGA: Kementan: Stok Bahan Pokok untuk Ramadan dan Lebaran Aman

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi mengatakan pemerintah sudah melakukan penjagaan tersebut sejak beberapa bulan sebelumnya.

Hal yang dilakukan ialah memonitoring pada setiap daerah defisit dengan menggunakan Sistem Monitoring Stok (SIMONTOK).

BACA JUGA: Resmi, Bikin SIM Bisa Lewat Hp Mulai 12 April, Simak Nih Langkah-langkahnya

Peta Simontok mampu memantau kondisi harga dan kebutuhan bahan pokok di daerah terpencil.

"Kami bisa melakukan intervensi dari daerah surplus ke daerah defisit. Bahkan Simontok ini bisa menjamin pasokan dan distribusi," ujar Agung dalam diskusi ketersediaan pangan jelang Ramadan dan Lebaran, Senin (12/4).

BACA JUGA: Antisipasi Kenaikan Harga Bahan Pokok, Satgas Pangan Terjun ke Pasar

Agung mengatakan, pemantauan sistem intervensi ini dilakukan secara rutin, yakni seminggu sekali.

Oleh karena itu, Kementan melalui Badan Ketahanan Pangan terus mengumpulkan informasi dan laporan dari semua Kepala Dinas Pertanian dan Perdagangan di seluruh Indonesia.

"Tantangan sekarang itu mau tidak mau harus melakukan intervensi, di mana yang surplus harus menyuplai yang defisit. Kami buka juga operasi pasar online seperti Pastani yang bekerja sama dengan berbagai start-up. Selanjutnya kami kontrol secara rutin agar tidak ada gejolak," kata dia.

Agung menambahkan pemerintah melalui Kementan sudah melakukan pembinaan terhadap ribuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar menyediakan produk pascapanen.

Tujuannya, agar masyarakat terbiasa dengan makanan olahan sehingga tidak ada makanan sisa yang terbuang percuma.

"Sekarang posisinya konsumsi produk olahan itu 30 persen, sedangkan sisanya, yakni 70 persen adalah produk fresh. Saya kira ini terbalik dengan negara maju di Eropa atau Amerika. Kami kembangkan UMKM agar melakukan pengolahan, sehingga tidak ada makanan yang terbuang," kata dia.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S Lukman mengaku setuju dengan konsep online dan pembinaan UMKM yang dilakukan Kementan.

Menurut dia, langkah tersebut merupakan langkah tepat dalam menekan angka impor melalui konsumsi makanan yang tidak terbuang secara percuma.

Oleh karena itu, lanjut dia, petani harus belajar proses pascapanennya, sehingga makanan itu bertahan lebih lama.

Adhi mengapresiasi kebijakan BKP Kementan terhadap lapangan pasar melalui online. Saat ini pasar online terus bergairah dan mengalami pertumbuhan yang signifikan.

"Mau tidak mau, pasar online menjadi tren baru. Ke depan saya yakin dengan makin baiknya infrastruktur internet, pasar online menjadi bergairah. Hanya saja basisnya masih rendah, tetapi pertumbuhanya cukup tinggi dan terus meningkat. Saya lihat makin ke sini makin baik," tutup Adhi. (cr3/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Huawei Makin Mantap Melepas Sistem Operasi Android


Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler