Upaya KSDI Melakukan Pemerataan Teknologi ke Desa  

Kamis, 06 Agustus 2020 – 20:14 WIB
Ilustrasi siswa di desa saat belajar daring. Foto: dok. KSDI

jpnn.com, JAKARTA - Koperasi Satelit Desa Indonesia (KSDI) berupaya menjawab keresahan masyarakat atas masalah kuota internet atau ketersambungannya hingga ke desa.

“Ini adalah program yang sudah kami rencanakan lama dan mudah-mudahan bisa mengatasi persoalan pendidikan, ketiadaan akses internet, kemudian juga layanan-layanan aplikasi yang berkaitan dengan kebutuhan rakyat di bawah," ujar Ketua Dewan Pengawas KSDI Budiman Sudjatmiko, di Jakarta, Kamis (6/8).

BACA JUGA: Inisiatif Warga Indonesia Sediakan Internet Gratis Bagi Siswa Tidak Mampu

Politikus yang juga Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia ini mengakui bahwa proses belajar dan tatap muka online saat ini bukan lagi sebuah dunia maya belaka, namun sudah menjadi sebuah dunia nyata.

Dengan sumber daya dan teknologi yang dimiliki, KSDI ke depannya harus mampu memajukan kekuatan teknologi dan kekuatan rakyat dengan kekuatan kewirausahaan.

BACA JUGA: Kemendikbud Akui Internet Masih Jadi Kendala Pertunjukan Daring

"KSDI sebagai koperasi yang berkaitan dengan desa ibarat seperti alat penyedot, dia bisa masuk ke lubang-lubang yang paling kecil. Kami optimis, kolaborasi teknologi dan digital ini akan menjadi sebuah pintu kita bersama, bukan hanya mencapai masyarakat adil dan makmur tapi juga masyarakat yang sehat jasmani dan rohani," ucap Budiman.

Sebagai langkah konkret, lanjut Budiman, koperasi yang diawasinya ini menggelar pelatihan online untuk menjawab tantangan tadi, yaitu dengan sebuah program kolaborasi antara koperasi dan teknologi.

BACA JUGA: Silakan Dana BOS Dipakai Beli Kuota Internet Siswa

Selama ini, mayoritas masyarakat mengalami masalah terkait penyediaan kuota internet kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring.

Sudah banyak kisah perjuangan anak dan orangtua mencari rupiah guna membeli kuota internet agar bisa belajar secara online.

Salah satunya Darwin Jazilin (12). Bocah kelas 1 SMP di Sukaharjo ini harus rela membagi waktu belajar dan bermainnya untuk berjualan guna membantu orang tuanya berjualan cilok agar bisa membeli kuota internet.

Darwin mulai berjualan pada pukul 13.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB. Ia berjualan siang lantaran saat pagi hari, ia harus mengerjakan tugas terlebih dahulu.

Setiap harinya, Darwin mengambil Rp 20.000 untuk membeli kuota dan juga jajan adiknya. Dari Rp 20.000 itu, ia membeli kuota Rp 11.000 setiap harinya.

Sejak awal pembelajaran daring, Darwin mengalami kesulitan mengerjakan tugas sekolah lantaran harus menggunakan HP ayahnya yang kerap dibawa untuk bekerja.

"Ngerjainnya pagi, tapi kalau Bapak berangkat dibawa Bapak karena punya HP satu," ucapnya.(jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler