Upaya Kurangi Emisi Karbon, Biomassa Kayu Jadi Salah Satu Pilihan

Rabu, 16 November 2022 – 19:27 WIB
Sesi panel bertajuk Climate Resilience and energy Transition: Fostering Colaborative Action” di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP27 UNFCCC di Sharm El Sheikh, Mesir, Rabu (9/11) lalu. Foto: Dok ESDM

jpnn.com, JAKARTA - Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dadan Kusdiana mengatakan Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT).

Penggunaan EBT adalah upaya pengurangan emisi karbon yang bisa berkontribusi pada upaya pencegahan bencana perubahan iklim.

BACA JUGA: Dukung Net Zero Emission, PGE Bakal Tambah Kapasitas PLTP di Sumsel 55 MW

Menurut Dadan, transisi energi terbarukan berbasis produk kehutanan menjadi salah satu opsi yang potensial untuk terus berkembang.

Hal ini diungkapkan Dadan dalam sesi panel bertajuk Climate Resilience and energy Transition: Fostering Colaborative Action” di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP27 UNFCCC di Sharm El Sheikh, Mesir, Rabu (9/11) lalu.

BACA JUGA: Tekan Emisi Karbon, ASDP Akselerasi Program Penanaman Mangrove

“Penggunaan energi terbarukan harus bisa mengakselerasi pembangunan rendah karbon dan mengamankan suplai energi di dalam negeri,” ujarnya.

Dadan menegaskan pemerintah bertekad untuk memenuhi target bauran EBT 23 persen pada 2025 dan mencapai Net Zero Emissions sektor energi 2060.

BACA JUGA: 2030, Grup MIND ID Targetkan Penurunan Emisi Karbon Capai 28 Persen

“Sumber EBT tersebut bisa berasal dari tenaga surya, angin, hidro, nuklir atau biomassa,” kata dia.

 Dia menyebutkan pencapaian target tersebut butuh aksi kolaboratif yang melibatkan semua pihak termasuk dukungan dari sektor swasta.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo menyambut positif transisi energi yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi cofiring biomassa sebagai pembangkit listrik di PLTU.

Cofiring adalah peralihan sebagian bahan bakar batu bara dengan biomassa yang ramah lingkungan, tidak boros karbon, dan terbarukan.

Cofiring program akan dilaksanakan di 52 lokasi yang terdiri dari 114 PLTU yang menghasilkan 18.000 MW listrik.

"Ini berarti ada kebutuhan bahan baku biomassa sekitar 4,1 juta ton per tahun," tuturnya.

Indroyono bilang Indonesia memiliki sejumlah spesies tanaman penghasil kayu energi yang bisa dimanfatkan untuk mendukung cofiring karena memiliki nilai kalor yang tak kalah dengan batu bara. Di antaranya adalah akasia, gamal, dan kaliandra.

Kayu yang dipanen diubah menjadi produk serpih untuk bisa langsung dimanfaatkan cofiring PLTU atau bisa diubah terlebih dahulu menjadi wood pellet.

"Pemanfaatan biomassa kayu sangat berkelanjutan karena dimulai dari menanam, kemudian dipanen, lalu kembali ditanam, begitu seterusnya," jelas Indroyono.

Deputy Director of Sustainability and Stakeholder Engagement APRIL Group Dian Novarina mengungkapkan sebagai produsen produk bubur kayu dan kertas terintegrasi, APRIL Group berkomitmen untuk mendukung pemerintah mencegah perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Di hulu, komitmen itu dilaksanakan dengan melakukan konservasi kawasan, perlindungan keanekaragaman hayati, dan menerapkan kebijakan zero tolerance pada deforestasi.

Di hilir, APRIL Group beralih pada penggunaan bahan bakar yang terbarukan serta berinvestasi pada teknologi sirkular.

"Kami menargetkan untuk mengurangi emisi hingga 50 persen di 2030 dan mencapai Net Zero pada 2050," kata Dian.

Sebagai salah satu industri produk alam terbesar di dunia, APRIL Group punya visi keberlanjutan APRIL2030, salah  satunya adalah menargetkan penggunaan 90 persen energi terbarukan untuk kebutuhan pabrik.

“APRIL Group juga sedang melakukan investasi pembangkit listrik tenaga surya yang akan memiliki kapasitas hingga 20 MW,” tambahnya. (mcr4/jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
EBT   Emisi karbon   energi   teknologi   Pltu   Net Zero  

Terpopuler