jpnn.com, JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto beralasan, pelacakan yang agresif membuat penambahan pasien positif dalam hari belakangan yakni Rabu (10/6) dan Selasa (9/6), selalu mencatatkan angka yang tinggi.
Menurut Yuri, jumlah spesimen yang diperiksa setiap harinya semakin bertambah banyak. Bahkan, pemerintah memeriksa spesimen yang datang dari tingkat Puskesmas.
BACA JUGA: Update Corona 10 Juni: Pasien Sembuh Covid-19 Pecahkan Rekor
"Penambahan ini disebabkan karena tracing yang agresif dilakukan, sehingga bisa dilihat bahwa penambahan ini spesimen yang dikirim puskesmas. Tidak didominasi spesimen dari rumah sakit," ucap Yuri, sapaan akrab Achmad Yurianto dalam keterangan resmi yang disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia, Rabu (10/6).
Menurut Yuri, pelacakan yang agresif cukup efisien menemukan kasus COVID-19 di masyarakat.
BACA JUGA: Update Corona 10 Juni: Penambahan Pasien Positif Covid-19 Melonjak Lagi
Dia pun berharap, seseorang yang dinyatakan positif COVID-19 bisa melakukan isolasi mandiri demi mencegah penularan.
"Sudah brang tentu kami menginginkan kasus ini melakukan isolasi mandiri agar tidak menjadi sumber penularan," beber Yuri.
BACA JUGA: Tiga Klaster Baru Penyebaran Covid-19 di Sulsel
Sebelumnya, penambahan pasien positif COVID-19 pada hari ini mencetak rekor tertinggi sejak pemerintah mengumumkan kasus COVID-19 pertama terjadi di Indonesia pada 3 Maret 2020
Data Rabu (10/6), penambahan pasien positif COVID-19 sebanyak 1.241 orang. Angka ini memecahkan rekor tertinggi penambahan pasien positif COVID-19 yang tercatat sehari sebelumnya dengan 1.043 orang.
Pemerintah melaporkan penambahan pasien positif COVID-19 ini setelah memeriksa 17.757 spesimen dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan molekuler.
Jumlah spesimen yang diperiksa hari ini lebih banyak dari catatan sehari sebelumnya. Data Selasa menyatakan bahwa sebanyak 16.181 spesimen diperiksa dengan metode PCR dan molekuler. (mg10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan