JAKARTA--Anggota Komisi IX DPR RI, Herlini Amran menilai, pemerintah tidak tegas dalam memberantas mafia-mafia Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Pasalnya, hingga saat ini para mafia TKI masih berkeliaran dan terus mencari keuntungan dengan memanfaatkan ketidaktahuan para TKI.
Herlini menyebutkan, hasil penelitian Sekretaris Jenderal Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) menunjukkan salah satu penyebab buruh migran bermasalah di luar negeri adalah sumber informasi yang dijadikan acuan tidak memadai.
Dari data SBMI, lanjut Herlini, informasi yang didapatkan para calon buruh migran berasal dari calo yaitu sekitar 53 persen , 30 persen dari teman-teman mereka yang sebelumnya berpengalaman sebagai pekerja migran kemudian kembali dan hanya sekitar 2 persen saja yang mendapatkan informasi dari pemerintah.
“Artinya, peran pemerintah dalam penyampaian informasi kepada pekerja migran masih sangatlah kurang. Peran pemerintah pun dipertanyakan, kenapa kemudian minim melakukan sosialisasi. Padahal informasi mengenai gambaran bekerja di luar negeri sangatlah penting. Apalagi kebanyakan buruh migran berasal dari daerah pelosok yang mungkin masih belum terbiasa dengan modernitas,” ujar Herlini di Jakarta, Kamis (5/1).
Dijelaskan, hingga saat ini sudah cukup banyak TKI asal Indonesia yang mengalami penderitaan luar biasa, mulai dari penyiksaan hingga pembunuhan. Menurutnya, para calo hanya memikirkan keuntungan yang bisa diraih tanpa memikirkan nasib para buruh migran yang bekerja di luar negeri dan memberikan aliran keuntungan bagi mereka saja.
“Sudah saatnya Pemerintah bangun dari tidur dan lebih peduli terhadap nasib buruh migran yang mendapatkan perlakuan diskriminatif oleh majikannya maupun pemerintah luar negri," kata Herlini.
Ke depan, Herlini berharap agar pemerintah dan lembaga-lembaga terkait harus dapat berkoordinasi dalam menangani permasalahan Mafia TKI dan calo TKI.
"Dalam hal ini Kemenakertras dan BNP2TKI di harapkan dapat berkoordinasi dengan Kepolisian dalam memberantas mafia TKI,” imbuhnya. (cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Esemka Berpeluang Diproduksi Massal
Redaktur : Tim Redaksi