Usai Diimunisasi Tubuh Balita Membiru, Innalillahi

Sabtu, 16 Juli 2016 – 07:26 WIB
Ilustrasi Foto: Jawa Pos Group/dok.JPNN.com


PANDEGLANG -  Balita umur tujuh bulan, Nagita Senia, menghembuskan napas terakhir setelah disuntik imunisasi di Posyandu Puskesmas Jiput, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (14/7). 

Balita pasangan Muminah (20) dan Muhamad Jaelani (23) warga Kampung Sawah Bera, RT/RW 10/05, Desa Citaman, Kecamatan Jiput ini meninggal dengan kondisi tubuh membiru pada bagian bibir dan kuku. Keluarga korban khawatir, vaksin yang digunakan adalah palsu.

BACA JUGA: Berwisata ke Goa Lawa, Mahasiswi Pulang Tanpa Nyawa

Berdasarkan keterangan yang dihimpun Banten Raya, pada Kamis (14/7) pukul 09.00 WIB, Nagita dibawa ibunya ke posyandu untuk menjalani imunisasi. Sebelum diimunisasi, Nagita dalam keadaan sehat. Namun setelah dua jam sejak disuntik vaksin oleh petugsa medis, Nagita panas tinggi. 

Karena khawatir, orang tua Nagita memberikan obat penurun panas jenis parasetamol dengan harapan bisa menurunkan panas. Usai minum obat Nagita tertidur dengan pulas. Pada pukul 14.30 orang tua Nagita memeriksa kondisi Nagita dan kondisi Nagita justru lemas dan diketahui sudah meninggal.

BACA JUGA: Asoi, Mengurus e-KTP Bisa Sehari Jadi

Muhamad Jaelani (23), orangtua Nagita mengatakan, setelah disuntik, anaknya masih sehat-sehat saja. Akan tetapi, beberapa jam setelah divaksin tubuh anaknya panas tinggi. 

“Saya kaget karena setelah divaksin tubuh anak saya panas tinggi. Karena khawatir, istri saya meminumkan parasetamol dan setelah itu Nagita terlelap tidur. Kami menyangka panasnya turun. Akan tetapi saat dicek kondisi Nagita sudah lemas dengan bibir dan kuku membiru,” katanya kepada Banten Raya (Jawa Pos Group), ditemui dikediamannya, Jumat (15/7).

BACA JUGA: Lebaran Tuntas, Warga Mengantre di Puskesmas

Muhamad dan keluarganya langsung melaporkan kejadian tersebut ke pihak Puskesmas Jiput untuk mengecek kondisi Nagita secara langsung apa penyebab tubuh anak tersebut membiru dan meninggal.

“Sekarang kan lagi ramai vaksin palsu. Makanya saya takut vaksin yang dipakai jadi penyebab kematian anak saya. Orang Puskemas bilang bukan karena vaksin,” ungkapnya, dengan kesedihan yang mendalam.

Berdasarkan hasil pemeriksaan pihak Puskesmas Jiput, kata Muhamad, Nagita memiliki penyakit dan bukan disebabkan mengkonsumsi vaksin palsu. 

“Alasan bidan sih katanya oksigen dari pernapasan anak saya tersendat makanan, dan pihak puskesmas juga menyatakan menggunakan vaksin asli yang sudah teruji dari pemerintah,” ujarnya.

Muhamad menyatakan ikhlas dengan kematian anaknya dan tidak akan membawa persoalan tersebut ke aparat penegak hukum. “Kami tidak akan menuntut apa-apa, hanya minta kesadaran pihak Puskesmas saja, karena harus kasihan pada anak,” katanya.

Kepala Puskesmas Jiput Dr Agus Heriawan membantah tudingan bahwa Nagita meninggal akibat vaksin palsu. Katanya, vaksin yang digunakan Puskesmas merupakan vaksin resmi dari pemerintah. 

“Meninggalnya Nagita bukan karena imunisasi dan vaksin palsu, karena vaksin di Puskesmas langsung dari dinkes, yang didistribusikan oleh Kemenkes,” bantahnya.

Agus menjelaskan, kematian Nagita sementara diakibatkan tersendatnya saluran pernapasan, karena pada saat Nagita diberikan proses imunisasi lancar tidak ada masalah, dan tidak ada gejala lainnya. Kalau pun ada gejala panas, itu sudah biasa. 

“Setelah divisum luar, kesimpulan sementara kematian Nagita di akibatkan tersendat saluran napas yang tertutup oleh lidah,” katanya.

Dikatakannya, vaksin sendiri memang memiliki kadaluarsa, akan tetapi vaksin yang digunakan Puskesmas saat ini belum kadaluarsa bahkan masa pakainya masih cukup lama. “Memang vaksin ada kadaluarsanya, namun vaksin yang kami gunakan masih jauh dengan masa habis tahun 2017,” ujarnya.

Kepala Dinkes Pandeglang Indah Dinarsiani mengaku sudah mendapat laporan terkait kematian bayi atas nama Nagita beberapa saat setelah divaksin. Kesimpulan sementara kata Indah, Nagita meninggal bukan karena vaksin palsu. 

“Vaksin bereaksi setengah jam setelah tindakan vaksin. Makanya kami berkesimpulan bayi meninggal itu bukan karena vaksin. Bisa saja karena akibat lain yang kebetulan setelah divaksin,” kata Indah.

Indah menjamin, vaksin yang beredar di Puskesmas di Pandeglang adalah asli karena langsung didapatkan dari Kementerian Kesehatan. 

“Vaksin yang beredar di puskemas kami pastikan asli dan belum pernah ada kasus sebelumnya. Untuk kasus di Jiput akan diselidiki karena kami juga tidak ingin ada kejadian serupa di kemudian hari,” jelasnya. (mg-yanadi/muhaemin)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Duh! Kayak Anak SD, Ratusan PNS Badung Dijemur di Lapangan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler