Usai Mendampingi Presiden, Mentan SYL: Kawasan Food Estate Menerapkan Teknologi Modern

Jumat, 09 Oktober 2020 – 21:06 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan jajaran di lokasi Food Estate Pulang Pisau, Kalteng, Kamis (8/10). Foto: Kementan RI.

jpnn.com, PULANG PISAU - Pemerintah melakukan terobosan melalui pengembangan kawasan lumbung pangan atau food estate di Kalimantan Tengah (Kalteng), demi penyediaan tambahan stok pangan nasional, serta mengantisipasi dampak pandemi COVID-19.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan sesuai arahan Presiden Joko Widodo, pengembangan kawasan food estate di Provinsi Kalteng akan menjadi percontohan. Sekaligus, menerapkan penggunaan teknologi pertanian modern, sehingga budidaya pertaniannya berbeda dari cara tradisional.

BACA JUGA: Mentan SYL Berikan Kunci Sukses Kepada 1.258 Mahasiswa Politeknik Kementan

 

"Hari ini Bapak Presiden hadir di Pulang Pisau, untuk melihat progres pengerjaan food estate yang kita rencanakan hadir di Kalimantan Tengah ini," kata Mentan yang beken disapa dengan panggilan SYL.

BACA JUGA: Jokowi Belum mau Batalkan UU Omnibus Law Cipta Kerja, Ini 3 Alasannya

Mentan SYL hadir di lokasi itu mendampingi Presiden Jokowi meninjau perkembangan food estate di Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau pada Kamis(8/10).

 

BACA JUGA: Seruan Terbaru Jenderal Gatot Nurmantyo Cs soal Aksi Tolak RUU Ciptaker

Dia menyebutkan dalam pengembangan kawasan food estate di Provinsi Kalteng akan dibangun model bisnis berbasis korporasi pertanian, dan akan menjadi lumbung pangan yang terintegrasi mencakup berbagai komoditas, seperti tanaman pangan, perkebunan, hortikultura bahkan peternakan di suatu kawasan.

"Bapak Presiden bahkan sedikit menekankan bahwa rakyat (petani-red) nantinya jangan jual gabah lagi, harus jual beras. Artinya semua harus hilirisasi dan industrinya harus dirancang dengan baik,"jelas mantan gubernur Sulawesi Selatan dua periode itu.

Dalam proyek lintas kementerian ini, katanya, penerapan mekanisasi serta teknologi pertanian diharapkan dapat mengoptimalkan areal rawa menjadi lahan pertanian produktif, dan meningkatkan produksi pertanian.

Di sana, kelompok tani akan menggarap lahan seluas 100 ha, sehingga nantinya lahan per 1000 ha akan digarap oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan). Kemudian ada korporasi yang lebih besar lagi untuk 10.000 ha.

"Begitu banyak koreksi selama di lapangan. Kami (lintas kementerian) secara serentak akan turun tetapi pemerintah daerah dan masyarakat Kalimantan Tengah serta para bupati tentu akan menjadi utama dalam penanganan pangan yang ada," jelas Mentan SYL.

Terpisah, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Sarwo Edhy mengatakan pengembangan kawasan food estate Kalteng dilakukan dengan teknologi optimalisasi lahan rawa secara intensif guna meningkatkan produk dan indeks pertanaman (IP).

Komponen teknologi dengan sebutan "Rawa Intensif, Super dan Aktual" (RAISA), yakni dengan menggunakan varietas unggul baru (VUB) potensi hasil tinggi, pengelolaan lahan, tata air mikro ( TAM) pembenah tanah, pemupukan berimbang, pengendalian OPT terpadu dan mekanisasi pertanian .

"Food Estate merupakan budidaya yang multi-komunitas. Jadi para petani tidak hanya menanam padi bisa menanam komoditas lain yakni hortikultura, tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan seperti tanam jeruk, pisang yang bisa di tanam di pinggir sawah," ucap Sarwo.

Untuk pengembangan food estate di Provinsi Kalteng, lahan percontohannya seluas 30.000 ha yang akan digarap tahun 2020. Di mana lahan seluas 10.000 ha berada di Kabupaten Pulang Pisau dan 20.000 ha lagi di Kabupaten Kapuas.

"Ini lahan intensifikasi, artinya jaringan irigasinya sudah baik. Baik itu irigasi primer, irigasi sekunder, maupun irigasi tersier. Itu yang kita (pemerintah-red) optimalkan di 2020 ini seluas 30.000 hektare," jelasnya.

Sarana alat mesin pertanian pun disediakan dengan total mencapai 1.232 unit, yang terdiri dari traktor roda 2, traktor roda 4 dan transplanter. Selain itu, teknologi drone juga dihadirkan untuk menanam dengan sistem tabur.

Ketersediaan sarana produksi untuk 30.000 ha pada tahun 2020 ini pun terpenuhi. Yakni terdiri dari dolomit 1 ton per hektare, herbisada 4 liter per hektare, pupuk hayati 4 liter per hektare, urea 200 kg per hektare, NPK 200 kg per hektare.

Ketersediaan benih pun tercukupi meliputi benih padi, hortikultura (jeruk, kelengkeng, durian dan cabai), kelapa genjah, dan itik beserta kandangnya.

"Dengan percontohan yang sudah dibuat, kami mendorong para petani kita untuk merubah mindset dari pola bertani tradisional ke pola bertani secara modern. Tentunya dengan menggunakan mekanisasi," pungkas Sarwo.(*/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler