Halaman depan terbaru dari majalah Charlie Hebdo telah dirilis. Dalam sampul terlihat pria berbaju dan memakai sorban, diduga sebagai penggambaran Nabi Muhammad, yang menitikkan air mata dan memegang tanda bertuliskan Je Suis Charlie. Di atasnya tertulis "Semua dimaafkan".
Terbitan hari Rabu besok (14/01), menjadi edisi pertama sejak kantor majalah tersebut diserang Rabu pekan lalu (07/01). Edisi ini pun akan diterbitkan dalam 16 bahasa.
BACA JUGA: Seruan Bagi Sarung Untuk Koala Dapat Perhatian Luas
Penerbitan majalah dilakukan di tengah-tengah peningkatan keamanan di Perancis, dengan pengerahan 10 ribu tentara untuk melindungi "kawasan sensitif", seperti yang disebut oleh Menteri Pertahanan Perancis.
Para karyawan yang selamat dari serangan menyiapkan edisi terbaru di kantor surat kabar Prancis 'Liberation'. Rencananya, akan ada 3 juta kopi majalah yang akan dicetak.
BACA JUGA: Peneliti Serukan Agar Kandungan Kafein Dalam Minuman Ringan Dibatasi
"Charlie Hebdo akan tersedia pada Rabu, 14 Januari. Seperti pekan-pekan biasanya," ujar surat kabar Liberation. "Para wartawan telah selesai hari Senin kemarin (12/01), pukul 21.30."
Kartun yang akan menghiasi majalah pada pekan ini dibuat oleh kartunis Renald Luzier, yang dikenal dengan panggilan Luz.
BACA JUGA: Di Australia, Lahan Ternak Sapi Berubah Jadi Kebun Bawang
12 orang, termasuk salah satu pendiri majalah Charlie Hebdo, kartunis Jean Cabut dan Pemimpin Editor Stephane Charbonnier, tewas saat dua orang melakukan serangan.
Surat kabar Liberation mengatakan tim dari Charlie Hebdo tetap bekerja sejak hari Jumat (09/01), untuk membuktikan "bahwa Charlie Hebdo tidak mati."
Luz mengatakan setelah penyerangan, Charlie Hebdo dijadikan sebagai sebuah simbol.
"Media mengubah dengan signifikan dari kartun yang biasanya dianggap dunia sebagai majalah amatiran," ujar Luz. "Majalah amatiran ini malah menjadi simbol nasional dan internasional. Tapi yang dibunuh adalah orang-orang yang membuat kartun, bukan kebebasan berbicara."
Majalah yang telah berusia 44 tahun ini selalu dikenal memecah tabu, dengan kartun-kartunnya yang provokatif pada semua agama, kejadian, dan sejumlah orang-orang ternama.
Distributor majalah, MLP, rencananya hanya ingin mencetak 1 juta kopi saja dari edisi terbaru, tetapi permintaan dari Perancis dan luar negeri sangat besar.
Markas majalah sendiri masih dijadikan tempat kejadian perkara, sehingga para staff bekerja dengan pinjaman peralatan dari harian Le Monde, sementara urusan lainnya mendapat bantuan dari media lain baik di Perancis maupun luar negeri.
Charlie Hebdo sebelumnya hampir bangkrut, sebelum penyerangan. Tetapi sejak mendapatkan ketenaran beberapa hari terakhir ini, seolah mendapatkan kemenangan dengan dukungan dari pemerintah Perancis.
Dengan insiden penyerangan, majalah ini pun telah jadi simbol nasional kebebasan berekspresi di Perancis.
Sekitar 1,5 juta orang turun ke jalanan kota Paris, hari Minggu (11/01), menggelar aksi unjuk rasa terbesar dalam sejarah di Perancis, dengan membawa spanduk bertuliskan "Je Suis Charlie".
BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Australia, Membiarkan Anjing Peliharaan Mati Kelaparan Bisa Dijatuhi Hukuman