jpnn.com - SURABAYA - Duta besar kebebasan beragama dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Amerika Serikat David Saperstein ke Surabaya.
Dia juga menyempatkan diri mampir ke Masjid Muhammad Cheng Hoo kemarin (1/11).
BACA JUGA: Tidak Pakai Kondom, Kena Denda Sampai Rp 3 Juta
Itu adalah rangkaian lawatannya ke beberapa negara.
Saperstein merupakan ambassador-at-large atau utusan khusus presiden Amerika Serikat yang berkeliling dunia untuk mempromosikan kebebasan beragama sesuai dengan bidangnya, yakni international religious freedom.
BACA JUGA: Pesawat Caribou Ditemukan Hancur Berkeping-keping, 4 Kru Tewas
Saperstein didampingi asistennya, Victoria Thoman, dan Kepala Seksi Politik dan Ekonomi Konsulat Jenderal AS di Surabaya Jett Thomason.
Saperstein tiba di Masjid Cheng Hoo pukul 10.30. Dia disambut Ketua Takmir Masjid Cheng Hoo Abdullah Nurawi dan pendiri Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Surabaya Bambang Sujanto.
BACA JUGA: Kaget, KH Masykur Aly: Pak Dahlan Orang Baik
Selain itu, hadir pengurus takmir dan anggota Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jawa Timur.
Selama kurang lebih 30 menit, Bambang membawa Saperstein untuk melihat-lihat kompleks masjid pertama Yayasan Cheng Hoo tersebut.
Pertama, Bambang memperlihatkan plakat nama-nama donatur pembangunan masjid itu. Bambang menyatakan, kalau Saperstein mau menyumbang, pihaknya menerima dengan senang hati.
"Lalu, nama saya akan ditulis juga?" tanya Saperstein, lantas keduanya tertawa.
Selanjutnya, mereka berkeliling untuk melihat sekolah empat bahasa di samping masjid, kerajinan batik khas Yayasan Cheng Hoo, serta interior dalam masjid.
Bambang menjelaskan bahwa masjid tersebut dibangun dengan arsitektur Tiongkok karena menghormati leluhur mereka.
"Tapi, kami pasang lafaz Allah dan Muhammad karena kami muslim," jelas Bambang.
Selain itu, karena muslim mengakui keberadaan Isa Almasih, dinding mihrab masjid diukir mirip pintu gereja.
Masjid tersebut juga tidak memiliki pintu.
"Artinya, siapa pun, agama apa pun, boleh masuk ke sini," kata Bambang sambil menunjuk ke sekeliling.
Saperstein hanya mengangguk-angguk sambil sesekali menimpali, "Mengesankan (impressive), sangat mengesankan."
Bambang juga menceritakan bahwa yayasan berencana untuk mendirikan 17 Masjid Cheng Hoo di seluruh Indonesia. Masjid kesepuluh akan diresmikan di Banyuwangi pada November ini.
"Di sana juga ada pesantren pertama kami, silakan kalau Anda mau datang," katanya.
Puas mengelilingi masjid, Saperstein dan pengurus Yayasan Cheng Hoo kemudian terlibat diskusi tertutup.
Mereka membahas banyak hal selama setengah jam.
Ketua Takmir Abdullah Nurawi menerangkan bahwa Cheng Hoo merupakan salah satu model keberagaman yang tumbuh di Indonesia.
"Ya, kami perkenalkan bahwa Islam yang tumbuh di sini itu damai. Cinta damai," katanya.
Saperstein menuturkan bahwa dirinya merupakan penasihat utama Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Menlu John Kerry dalam bidang kebebasan beragama.
Dia sengaja memilih Indonesia karena Amerika dan Indonesia sama-sama negara demokrasi terbesar di dunia.
"Kami berdua juga punya tradisi panjang mengelola keberagaman iman," jelasnya.
Saperstein mengaku takjub dengan keberadaan Masjid Cheng Hoo, orang-orangnya, arsitekturnya, dan aktivitas di dalamnya.
Masjid Cheng Hoo adalah hal langka yang tidak dimiliki komunitas muslim di Tiongkok, Myanmar, dan Vietnam.
"Mereka belum tentu punya kebebasan beragama selevel ini," katanya.
Saperstein menyatakan bahwa salah satu kebijakan luar negeri AS adalah mempromosikan kebebasan beragama dan mempelajari sampel-sampel pluralisme yang telah berjalan di berbagai belahan dunia.
Dia berharap model keberagaman di Indonesia bisa berjalan berbarengan dengan Amerika.
"Dua ini kita harapkan bisa berjalan bersamaan," ungkapnya.
Saperstein dan rombongannya berkeliling Indonesia sejak 23 Oktober.
Saperstein telah mengunjungi Jakarta, Banda Aceh, dan Bali.
Dia juga sempat mengunjungi Kuba dan Inggris serta akan melanjutkan ke Malaysia. (tau/c6/dos/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wah..Elpiji 3 Kilogram Mulai Langka
Redaktur : Tim Redaksi